fonetik




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kalau kita mendengar orang berbicara, baik itu berpidato atau bercakap-cakap, maka kita akan mendengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang terdengar pula suara pemanjangan dan suara biasa.
Pembicaraan merupakan runtutan bunyi bahasa yang terus-menerus,  kadang terdengar suara naik dan turun, hentian sejenak atau agak lama, tekanan keras atau lembut dan kadang suara pemanjangan atau biasa. Runtutan bunyi bahasa dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya ditandai dengan hentian atau jeda dalam runtutan bunyi. Pada tahap pertama, dapat disegmentasikan berdasarakan jeda yang paling besar kemudian pada tahap berikutnya dapat disegmentasikan lagi sampai pada kesatuan runtutan bunyi yang disebut silabel atau suku kata. Jadi, silabel merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring. Untuk menentukan ada berapa silabel pada sebuah kesatuan runtutan bunyi bisa dilihat dari jumlah vokal yang terdapat di dalamnya.
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa, kecuali bentuk rongga mulut yang berbentuk tertentu sesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan.
Lain halnya bunyi konsonan terjadi, setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung  dengan mendapat hambatan ditempat-tempt artikulasi tertentu (Chaer, 2014: 113).
Bertolak dari masih sering ditemukannya adanya penggunaan vokal dalam bertutur tidak sesuai dengan cara kerja vokal yang telah ditentukan oleh kaidah, atau karena dipengaruhi oleh kebanyakan logat dari bahasa daerah tertentu sehingga kami penulis mengangkat penjelasan tentang cara kerja vokal (Klasifikasivokal  dan Monoftong).


B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang  telah dipaparkan sebelumnya, adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengklasifikasian vokal?
2. Bagaimana penentuan monoftong dalam kata?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tentang pengklasifikasian vokal.
2. Untuk menjelaskan penentuan monoftong dalam kata serta cara membunyikan huruf vokal.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran serta  pemahaman untuk menambah khazanah pengetahuan bagi para pembaca tentang pengklasifikasian vokal, penentuan monoftongisasi, serta cara membunyikan huruf  vokal.








BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian vokal
Secara umum bunyi bhasa dibedakan atas: vokal, konsonan, dan semi vokal. Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambtan (proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja. Hambatan yang hnya terjadi pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi karena vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar. Glottis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali. Dengan demikian semua vokal adalah bunyi bersuara.
Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, jika hal ini terjadi maka yang terbentuk adalah bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai dengan bergetrnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka, makaa bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Bunyi semi vokal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi vokal atau semi konsonan (Marsono, 2013: 16).

B. Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasa diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut (Dola, 2008: 9). Untuk lebih memudahkan pemerian klasifikasi vokal, Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris, memperkenalkan sistem vokal cardinal (cardinal vowels). Vokal cardinal ialah bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi. Rangka gambar itu dapat dipakai sebagai acuan perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan bahasa di dunia.
Vokal kardinal itu dalam abjad fonetik internasional (international phonetics associations) diberi lambang [i, e, ɛ, a, ɑ, ͻ, o, u] dan diberi nomor urut 1 sampai 8. Parameter penentuan vokal
kardinal itu ditentukan oleh keadaan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur, dan bentuk bibir.
Kedudukan lidah dalam mengucapkan vokal kardinal [i, a, ɑ, u] telah ditentukan dengan menggunakan pemotretan sinar X, sehingga dapat diketahui titik tertinggi letak ketinggian lidah yang melengkung





       (Jones, Dood dan Leo C. Tupan, dalam Marsono:1999: 27)
Dari kedudukan vokal kardinal yang dimaksud dari pembahasan di atas maka terjadilah bagan tersebut. Dimana garis segi empat trapezium itu merupakan batas kemungkinan gerak lidah dalam pengucapan vokal. Vokal [i] diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin tanpa menyebabkan terjadinya konsonan geseran. Vokal [a] diucapkan dengan merendahkan lidah depan (ujung lidah) serendah mungkin. Vokal [ɑ] diucapkan dengan merendahkan pangkal lidah sebawah mungkin. Vokal [u] diucapkan dengan menaikkan pangkal lidah setinggi mungkin (Marsono, 2013: 26).
Dengan tumpuan uraian di atas maka vokal dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur, dan bentuk bibir.
1. Tinggi Rendahnya Lidah

Berdasarkan tinggi rendahnya lidah maka vokal dapat dibagi atas :
a. Vokal tinggi, misalnya : [i, u]
b. Vokal madya, misalnya : [e, ɛ, ə, o, ͻ]
c. Vokal rendah, misalnya : [a, ɑ]



2. Bagian Lidah yang Bergerak
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak vokal dapat dibedakan menjadi:
a. Vokal depan (front vowels), yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan; misalnya: [i, e, ɛ, a]
b. Vokal tengah (central vowels), yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah; misalnya: [ə]
c. Vokal belakang (back vowels), yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang (pangkal lidah); misalnya: [u, o, ͻ, a].

3. Striktur (stricture)
Striktur ialah keadaan hubungan posisional articulator aktif dan articulator pasif. Karena vokal tidak ada artikulasi, maka striktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strikturnya maka vokal dapat dibedakan atas:
a. Vokal tertutup (close vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. Vokal tertutup ini dapat digambarkan terletak pada garis yang menghubungkan antara [i] dengan [u]. jadi vokal [i] dan [u] menurut strikturnya merupakan vokal tertutup.
b. Vokal semi-tertutup (half-close), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah, terletak pada garis yang menghubungkan antara vokal [e] dengan [o]. dengan demikian vokal [e] dan [o] adalah semi tertutup.
c. Vokal semi-terbuka (half-open), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup. Letaknya pada garis yang menghubungkan vokal [ɛ] dengan [ͻ], dan dengan demikian kedua vokal itu adalah semi-terbuka menurut strikturnya.
d. Vokal terbuka (open vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, kira-kira pada garis yang menghubungkan antara vokal [a] dengan [ɑ], dan dengan demikian kedua vokal itu termasuk vokal terbuka.



4. Bentuk Bibir
Berdasarkan bentuk bibir waktu vokal diucapkan (Jones dalam Marsono, 2013: 32), maka vokal dapat dibedakan atas:
a. Vokal bulat (rounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bentuk bibir bulat bisa terbuka atau tertutup. Jika terbuka maka vokal itu diucapkan dengan posisi bibir terbuka bulat (open-rounded), misalnya: seperti vokal [ͻ]. Jika tertutup maka vokal itu diucapkan dengan posisi bentuk bibir tertutup bulat, misalnya untuk vokal [o, u].
b. Vokal netral (neutral vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat tetapi juga tidak terbentang lebar, misalnya seperti vokal [ɑ] .
c. Vokal tak bulat (unrounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar. Misalnya, vokal: [i, e, ə, ɛ, a]

Bagan posisi tinggi rendahnya lidah
Depan Tengah Belakang Striktur
Tak bulat Tak bulat bulat netral
Tinggi i u Tertutup


Semi-tertutup

Semi terbuka

Terbuka
Madya e
ɛ ə o
ͻ

Rendah a ɑ






C. Cara Membunyikan Huruf Vokal
1. Monoftong
Monoftong atau vokal murni (pure vowels) ialah bunyi vokal tunggal yang terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata. Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasanya hanya disebut dengan istilah vokal saja. Dalam arti bahwa yang dimaksud dengan istilah vokal adalah vokal tunggal, sedangkan diftong adalah vokal rangkap (Marsono, 2013: 36).
Dalam bahasa Indonesia terdapat sepuluh vokal (Soebardi dalam Marsono: 2013: 36 ). Dengan tumpuan klasifikasi vokal yang dibahas sebelumnya, maka dapatlah disebutkan secara lebih terperinci bahwa kesepuluh vokal atau monoftong itu adalah dapat dilihat table di bawah ini:

Vokal bahasa Indonesia
No - 1 2 3 4 5
Vokal Tinggi rendah lidah Gerak lidah bagian striktur Bentuk bibir Contoh kata
1 [ i ] Tinggi atas Depan tertutup Tak bulat ini,ibu,kita,cari, lari
2 [ I ] Depan Semi tertutup Semi tertutup Tak bulat Pinggir,kerikil, kelingking
3 [ e ] Madya atas (keras) Depan Semi tertutup Tak bulat ekor, eja, enak
4 [ ɛ ] Madya bawah Depan Semi terbuka Tak bulat nenek, leher, geleng,dendeng
5 [ a ] Rendah bawah Depan terbuka Tak bulat ada, ada, apa
6 [ ə ] Madya Tengah Semi terbuka Tak bulat emas, elang
7 [ ͻ ] Madya bawah belakang Semi terbuka bulat otot, tokoh
8 [ o ] Madya atas belakang Semi tertutup bulat oto, toko
9 [ U ] Tinggi bawah belakang Semi tertutup bulat ukur, urus
10 [ u ] Tinggi atas belakang tertutup bulat udara, utara

(Cf. Mees, dan Soebardi dalam Sumarsono:2013: 37)

Bagan vokal bahasa indonesia











       . [ a ]
Keterangan :
1) =    tinggi rendah lidah
2) =    bagian lidah yang bergerak
3) =    Striktur (jarak lidah dan langit-langit)







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan pada Bab sebelumnya tentang Cara Kerja Vokal, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alaat bicara, jadi tidak artikulsi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja.
b. Untuk lebih memudahkan pemerian klasifikasi vokal, Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris, memperkenalkan sistem vokal cardinal (cardinal vowels). Vokal cardinal ialah bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.

B. Saran
Pembuatan makalah ini masih  banyak kekurangan Kami mengharapkan masukan dari para pembaca tentang pembuatan makalah ini. 









Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dola, Prof.Dr. Abdullah, M.S. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
2013. Fonetik. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KALIMAT AMBIGU DAN KALIMAT PARAFRASE