MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA
A. Pengertian
Morfofonemik
Pengertian morfofonemik
menurut para ahli, yaitu:
1.
Sumadi (2010:140) berpendapat bahwa
morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang
satu dan morfem yang lain.
2.
Zainal Arifin (2007:8) berpendapat
bahwa proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu
fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan
3.
Abdul Chaer
(2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi,
atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses
morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
4.
Kridalaksana
(2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan
morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan
dalam tingkat fonologi.
5.
Ramlan (dalam
Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu
dengan morfem lain.
6.
Heatherington
(dalam Tarigan, 1995:27) morfofonemik, atau yang biasa disebut dengan
morfofonologi adalah ilmu yang menelaah
morfofonem. Morfofonologi adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara
bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonologi kita tidak menelaah bunyi tunggal
beserta varian-variannya saja, tetapi justru menelaah bunyi-bunyi rangkap
beserta varian-variannya.
B.
Proses Morfofonemik
Dalam dalam bahasa Indonesia terdapat
beberapa proses pembentukan kata yang dilakukan dengan kaidah atau caranya
masing-masing. Oleh karena itu, berikut ini akan dibicarakan proses-proses
morfemis yang berkaitan dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1.
Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks
pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiksasi terdiri dari prefiks, sufiks,
konfiks, dan infiks. Namun infiks belum dibahas dalam pembahasan kali ini.
a.
Prefiks
Bentuk Prefiks meng-
Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif
(prefiks verba aktif, baik transitif maupun taktransitif). Dalam proses
afiksasi dalam kaitannnya dengan morfologis bahasa Indonesia pada prefiks meng- akan terlihat bahwa prefiks meng- akan berubah menjadi me-, mem-, meny-, meng-, menge-, me-, menurut aturan fonologis tertentu.
Kata tangis dan menangis berbeda akibat prefiks meng-.
Contoh pemakaian pada kalimat berikut.
-
sayup terdengar
tangis yang memilukan
-
Ia menangis terharu
ketika mendengar keberhasian anaknya
1)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /b/, /f/, dan /p/
maka prefiks meng- itu akan berubah
menjadi mem-.
Contoh:
2)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /d/ dan /t/ maka
prefiks meng- akan menjadi men-.
Contoh:
meng-
+ dapat → mendapat
meng-
+ tulis → menulis
3)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /s/, /sy/, /c/,
/j/ maka prefiks meng- akan menjadi meny-.
Contoh:
4)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /g/, /h/, /kh/
dan /k/ atau juga fonem vokal (a, i, u, e, o), maka prefiks meng- akan menjadi meng-.
5)
Jika bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu suku, maka
prefiks meng- itu akan menjadi menge-.
6)
Jika bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /l/, /m/, /n/,
/ny/, /y/, /w/ dan /r/ maka, prefiks meng-
akan menjadi me-.
Prefiks meng- juga memiliki beberapa makna seperti berikut:
1)
melakukan, mengerjkan, seperti:
Ia
rajin membaca buku. ‘ia rajin melakukan baca buku’
Kami
sedang menjual batik. ‘kami sedang melakukan jual batik’
2)
menjadi, seperti:
Keinginan
kita sudah menyatu. ‘keinginan kita sudah menjadi satu’
3)
melakukan peringatan, seperti:
Tahlil
meniga hari. ‘tahlil memperingati tiga hari (kematian)
4)
menggunakan atau memakai, seperti:
Menggunting
baju.
‘memotong baju menggunakan gunting’
5)
membuat atau menghasilkan, seperti:
Menggambar
burung. ‘membuat gambar kupu-kupu’
Bentuk Prefiks peng-
Prefiks peng- sebagai pembentuk kata benda (prefiks nomina) yang bertalian
bentuk dan maknanya dengan prefiks meng-.
Artinya, kata benda berprefiks peng-
bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berprefiks meng-. Perhatikan bahwa ‘orang yang mengarang’ disebut pengarang, ‘orang yang menulis’ disebut penulis, ‘orang yang mengantuk’ disebut pengantuk, ‘orang yang mencuri’ disebut pencuri, dan ‘orang yang mengemis’
disebut pengemis.
Prefiks peng- juga mengalami perubahan bentuk yang disesuaikan dengan
kondisi bentuk dasar yang mengikutinya, sehingga prefiks peng- dapat berubah menjadi pe-,
pen-, pem-, peny-, peng-, penge-.
1)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /b/, /f/, dan /p/
maka prefiks peng- itu akan berubah
menjadi pem-.
Contoh:
2)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /d/ dan /t/ maka
prefiks peng- akan menjadi pen-.
Contoh:
peng- + dapat →pendapat
peng- + tulis → penulis
3)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /s/, /c/, /j/
maka prefiks peng- akan menjadi peny-.
Contoh:
4)
Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /g/, /h/, /kh/
dan /k/ atau juga fonem vokal (a, i, u, e, o), maka prefiks peng- akan menjadi peng-.
5)
Jika bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu suku, maka
prefiks peng- itu akan menjadi penge-.
6)
Jika bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /l/, /m/, /n/,
/ny/, /y/, /w/ dan /r/ maka, prefiks peng- akan berubah menjadi pe-.
Prefiks
peng- juga memiliki beberapa makna:
1)
yang melakukan, seperti:
Atlet pelempar
lembing. ‘atlet yang melakukan lempar lembing’
2)
yang menjadi atau yang menjadikan, seperti:
Pemerah bibir. ‘yang menjadikan
bibir merah’
3)
yang menggunakan atau yang memakai, seperti:
Penggunting. ‘yang menggunakan
gunting’ (untuk)’
4)
yang menghasilkan atau yang
membuat, seperti:
Penenun kain songket.
‘yang
menghasilkan tenunan kain songket’
5)
yang mengeluarkan
(suara),
seperti:
Perintih.’yang mengeluarkan
rintihan’, ‘yang merintih’
Bentuk Prefiks per-
Dalam bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks per- pembentuk kata kerja (pefiks verbal) dan per- (pe-, pel-) sebagai pembentuk kata benda
(prefiks nominal).
1)
Prefiks per- berubah
menjadi pe- jika ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/.
2)
Prefiks per- berubah
menjadi pel- apabila ditambahkan pada
bentuk dasar ajar.
3)
Prefiks per- tidak
mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain diluar kaidah 1 dan
2 di atas.
Sebagai pembentuk kata kerja, prefiks per- memiliki makna seperti berikut:
1)
menjadikan lebih (biasanya prefiks per- dilekatkan pada dasar berupa kata
sifat, seperti:
Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah
rumahmu’
2)
membagi jadi, seperti:
Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’
Bentuk prefiks ber-
Prefks ber- berfungsi
sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal). Namun, kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja berawalan ber-
tidak memiliki objek, tetapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan. Contoh:
-
Ari dan Ria berdagang kain
di pasar.
-
Eki berlari mengelilingi
lapangan bola.
Diketahui bahwa kata kerja berprefiks ber- tidak dapat dipasifkan, tetapi kata
kerja berprefiks meng-…-i atau meng-…-kan dapat dipasifkan menjadi kata
kerja di-…-i dan di…-kan.
1)
Prefiks ber- berubah
menjadi be- jika ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/.
2)
Prefiks ber- berubah
menjadi bel- apabila ditambahkan pada
bentuk dasar ajar.
3)
Prefiks ber- tidak
mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain diluar kaidah 1 dan
2 di atas.
Kata kerja
berprefiks ber- memiliki beberapa
makna seperti berikut:
1)
memiliki atau mempunyai, seperti:
Ia beranak dua orang. ‘ia memiliki dua orang anak’
2)
menyatakan atau mengakui,
seperti:
Aku berkakak kepadanya. ‘aku menyatakan kakak padanya’, ‘aku
menyapanya kakak’
3)
menghasilkan atau mengeluarkan, seperti:
Ayam sudah bertelur. ‘ayam sudah menghasilkan telur’
4)
biasa melakukan, bertindak sebagai, bekerja sebagai, seperti:
Paman bertukang. ‘paman bekerja sebagai tukang’
Ia bertinju. ‘ia biasa melakukan tinju’
Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’
Bentuk perefiks ter-
Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ter-, yaitu (1) prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja
(prefiks verbal, yang bertalian dengan prefiks ber-) dan (2) prefiks ter- sebagai
pembentuk kata sifat (prefiks adjektiva).
1)
Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/ dan
fonem /r/ prefiks ter- ada yang
muncul dan ada yang tidak.
Contoh:
2)
Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
Contoh:
Prefiks ter- pembentuk
kata kerja memiliki makna sebagai berikut:
1)
telah dilakukan atau dalam keadaan, seperti:
Kami datang ketika
pintu sudah terbuka. ‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’
2)
telah mengalami, menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau
tiba-tiba), seperti:
Ia berlari
teerkencing-kencing karena ketakutan. ‘ia berlari sampai tiba-tiba kencing
karena ketakutan’
Bentuk prefiks di-, ke-, se-
1)
Prefiks di- berfungsi
sebagai pembentuk kata kerja pasif (prefiks verbal pasif, yang berkaitan dengan
prefiks verbal aktif meng-) seperti
diambil >< mengambil, ditiru >< meniru, dicangkuli ><
mencangkuli.
Prefiks di-, tidak
mengalami perubahan ketika diletakan dengan bentuk lain.
2)
Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ke- yaitu prefiks ke- yang berfungsi sebagai
pembentuk kata kerja (prefiks verba dan bertalian dengan prefiks ter- , seperti ketewa yang digunakan dalam ragam lisan tidak resmi dan tertawa) dan prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk
kata benda (prefiks nomina).
Prefiks ke-, tidak
mengalami perubahan ketika diletakan dengan bentuk lain.
3)
Fungsi prefiks se-
yang pertama adalah menjadi klitika (dari kata esa), seperti sesekolah,
sekamar, sekampung dan sekota. Adapun fungsi prefiks se- yang kedua adalah membentuk adverbia, seenaknya, setibanya, dan
secepatnya.
Prefiks se-, tidak
mengalami perubahan ketika diletakan dengan bentuk lain.
b.
Sufiks
c.
Konfiks
1.
Pengertian Konfiks
Kata konfiks berasal dari bahasa
latin: con (dengan) dan fix (tambahan). Konfiks adalah afiks
yang terdiri dari prefiks dan sufiks yang ditempatkan di antara kata dasar. Konfiks adalah awalan dan akhiran yang
melekat pada kata secara bersamaan tidak secara bertahap/tidak satu demi satu.
2.
Ciri-ciri konfiks
a)
Awalan dan akhiran diletakkan pada bentuk dasar secara serentak (tidak
bertahap)
Contoh:
Ber- + datangan + -an
b)
Konfiks menyatakan satu makna gramatikal (jika salah satu konfiks itu
dipisah/dipenggal, penggalan bukan merupakan kata yang bermakna)
Contoh:
Kata berdatangan memiliki makna perbuatan yang dilakukan banyak pelaku.
Jika kata tersebut dipenggal menjadi berdatang
dan datangan kata tersebut tidak
memiliki makna.
3.
Kaidah-kaidah konfiks
a)
Konfiks ke-an
Dalam
konfiks ke-an telah dikatakan tidak mengalami peluluhan jika bertemu
kata dasar yang berfonem awal apapun.
b)
Konfiks ber-an
Konfiks ber-an berubah menjadi be-an jika ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /r/.
Contoh:
ber- + runding + -an = berundingan
Konfiks
ber-an tidak berubah bentuknya bila
digabungkan dengan kata dasar diluar
kaidah di atas.
Contoh: ber-
+ jatuh + -an = berjatuhan
c)
Konfiks peng-an/ per-an
-
per-an berubah menjadi pe-an apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/.
Contoh: per-
+ radang + -an = peradangan
-
Per-an berubah menjadi pel-an apabia ditambhkan pada bentuk dasar ajar.
` Contoh:
per- + ajar + -an = pelajaran
-
Per-an tidak mengalami perubahan bentuk bila bergabung dengan kata dasar yang
tidak berawal dengan fonem /r/ dan bukan morfem ajar.
contoh: per-
+ luas + -an = perluasan
-
Jika di tambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /p/,/b/,/f/,
bentuk peng-an berubah menjadi pem-an . namun dalam
kata dasar yang dimulai dengan fonem
/p/, fonem /p/ akan hilang.
contoh: peng-
+ bangun + -an = pembangunan
-
Bentuk peng-an berubah menjadi pen-an Jika di
tambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /t/,/d/,/s/.Fonem /t/ hilang,
kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya, dan fonem /s/ hanya berlaku bagi beberapa bentuk
dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Contoh: peng-
+ tulis + -an = penulisan
-
Bentuk peng-an berubah menjadi peny-an Jika
diikuti bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /s/.
Contoh:
peng- + saring + -an = penyaringan
-
Bentuk peng-an berubah menjadi peng-an Jika diikuti bentuk
dasar yang dimulai dengan fonem /k/,/g/,/x/,/h/vokal/. Fonem /k/ hilang.
Contoh:
peng- + kukus + -an = pengukusan
peng- + khianat + -an = pengkhianatan
-
Bentuk peng-an berubah menjadi pe-an Jika diikuti bentuk dasar
yang dimulai dengan fonem /y/,/l/,/w/nasal/.
Contoh: peng- + lafal + -an = pelafalan
-
Bentuk peng-an berubah menjadi penge-an Jika diikuti bentuk
dasar yang terdiri dari satu suku kata.
Contoh: peng- + bom + -an = pengeboman
d) Konfiks se-nya
Konfiks se-nya
seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar
ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan satu keadaan tertinggi yang
dicapai oleh pembuatan kata kerja.
Contoh: setinggi-tingginya
= setinggi mungkin
4.
Fungsi dan Makna
konfiks
a)
Konfiks ke-an
Fungsi konfiks ke-an untuk membentuk kata benda
konkrit, kata benda abstrak, kata kerja pasif, kata pasif.
Makna :
1)
Menyatakan sifat
Contoh: Keindahan = bersifat indah
2)
Menyatakan makna dalam
keadaan
Contoh : Kedinginan = dalam keadaan dingin
3)
Menyatakan perbuatan
yang dilakukan secara tidak sengaja
Contoh : Ketiduran = tidak sengaja tidur
4)
Menyatakan makna
terlalu
Contoh : Kebesaran = terlalu besar
5)
Menyatakan makna agak
atau menyerupai
Contoh : kekanak-kanakan = menyerupai anak-anak
b)
Konfiks peng-an
Fungsi konfiks peng-an untuk membentuk kata benda. Sedangkana Makna konfiks peng-an adalah:
1)
Menyatakan makna cara
Contoh : Pengiriman = cara mengirim
2)
Menyatakan makna
tempat
Contoh : pelabuhan = tempat berlabuh
3)
Menyatakan makna
perihal
Contoh : pembuatan = perihal membuat
c)
Konfiks per-an
Fungsi konfiks per-an untuk membentuk kata benda dan
makna konfiks ini adalah:
1)
Menyatakan makna cara
Contoh
: pergaulan = cara bergaul
2)
Menyatakan makna hasil
Contoh
: persetujuan = hasil setuju
3)
Menyatakan tempat
Contoh
: permukiman = tempat bermukim
d)
Konfiks ber-an
Fungsi
konfiks ber-an membentuk kata kerja dan makna prefiks ini adalah:
1)
Menyatakan makna
saling
Contoh : berpandangan = saling
berpandangan
2)
Menyatakan makna
perbuatan yang dilakukan oleh banyak pelaku
Contoh : berhamburan =
bersama-sama
3)
Menyatakan makna
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang
Contoh : bertetesan =
berulang-ulang menetas
e)
Konfika se-nya
Fungsi
konfika se-nya untuk membentuk kata
keterangan dari kata sifat dan makn prefiks ini adalah:
1)
Menyatakan makna
tingkat atau paling
Contoh : sebaik-baiknya = paling
baik
2)
Menyatakan makna waktu
atau setelah
Contoh : setibanya = setelah tiba
2.
Proses Pengulangan (Reduplikasi)
a. Pengertian Reduplikasi
Proses
reduplikasi merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk
dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak,
baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Seperti bentuk dasar pada kata sepeda diulang seluruhnya menjadi sepeda-sepeda, tanpa variasi fonem dan
tanpa berkombinasi dengan afiks. Selain itu bentuk dasar memukul diulang sebagian menjadi memukul-mukul, bentuk dasar gerak
diulang seluruhnya dengan variasi fonem menjadi gerak-gerik, dan bentuk dasar buah
diulang seluruhnya dengan kombinasi afiks menjadi buah-buahan.
Berdasarkan
batasan dan contoh-contoh kata ulang diatas, dapat kita simpulkan bahwa suatu
kata dikatakan sebagai hasil proses pengulangan apabila kata itu ada bentuk dasarnya yang diulng. Apabila
tidak ada bentuk dasarnya, jelaslah bahwa kata itu bukanlah hasil dari proses
pengulangan atau bukanlah kata ulang.
b.
Ciri Bentuk Dasar Kata Ulang
Dalam proses pengulangan, yang dimaksud
dengan bentuk dasar adalah bentuk linguistik yang diulang yang menjadi dasar
dari proses pengulangan. Unuk itulah, kita perlu mengetahui sekadarnya tentang
ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil
pengamatan yang pernah dilakukan oleh beberapa pengamat bahasa Indonesia,
ciri-ciri bentuk dasar kata ulang basaha Indonesia sebagai berikut:
1.
Kelas Kata Bentuk Dasar Kata
Ulang Sama Dengan Kelas Kata-Kata Ulangnya
Berdasarkan ciri di atas, dapatlah dikemukakan bahwa
apabila suatu kata ulang berkelas kata benda (nomina), bentuk dasarnya pun
berkelas kata benda. Begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja
(verba), bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
|
Kata Ulang
|
Kelas Kata
|
Bentuk Dasar
|
Kelas Kata
|
|
gedung-gedung
|
nomina
|
gedung
|
nomina
|
|
sayur-sayuran
|
nomina
|
sayur
|
nomina
|
|
membaca-baca
|
verba
|
membaca
|
verba
|
|
berlari-lari
|
verba
|
berlari
|
verba
|
|
pelan-pelan
|
adjektiva
|
pelan
|
adjektiva
|
|
hitam-hitam
|
adjektiva
|
hitam
|
adjektiva
|
2.
Bentuk Dasar Kata Ulang Selalu
Ada Dalam Pemakaian Bahasa
Sebagaimana pada kata ulangnya, bentuk
dasarnya pun ada dalam pemakaian bahasa, maksud “dalam pemakaian bahasa” adalah
dapat dipakai dalam konteks kalimat. Berdasarkan ciri kedua ini, beberapa
contoh kata ulang beserta bentuk dasarnya dapat terlihat pada table berikut:
|
Kata Ulang
|
Bentuk
Dasarnya
|
|
melaku-lakukan
|
melakukan,
bukan melaku
|
|
menyatu-nyatukan
|
menyatukan,
bukan menyatu
|
|
mempertunjuk-tunjukkan
|
mempertunjukkan
|
|
bergerak-gerak
|
bergerak,
bukan gerak
|
3.
Arti Bentuk Dasar Kata Ulang
Selalu Berhubungan Dengan Arti Kata Ulangnya
Ciri ketiga ini sebenarnya untuk menjawab
persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan
hasil dari proses pengulangan. Berdasarkan ciri ini, jelaslah bahwa bentuk alun bukan merupakan bentuk dasar dari
kata alun-alun, bentuk undang bukan merupakan bentuk dasar dari
kata undang-undang dan lain
sebagainya.
c. Jenis Pengulangan
(Reduplikasi)
Jenis pengulangan ini didasarkan pada
bagaimana bentuk dasar kata ulang itu diulang. Berdasarkan hasil penelitian,
ternyata dalam bahasa Indonesia ada empat jenis pengulangan, yaitu (1)
pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan yang berkombinasi
dengan pembubuhan afiks, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem.
1.
Pengulangan Seluruh
Yang dimakasud dengan pengulangan seluruh
adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan
pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Misalnya dapat dilihat pada table
berikut.
|
Bentuk Dasar
|
Hasil
Pengulangan Seluruh
|
|
Batu
|
batu-batu
|
|
sembilan
|
sembilan-sembilan
|
|
persatuan
|
persatuan-persatuan
|
|
Satuan
|
satuan-satuan
|
Dari
contoh-contoh di atas terlihat bahwa bentuk dasar dari pengulangan seluruh ada
yang berfonem tunggal (misalnya batu,
Sembilan) dan ada yang berfonem kompleks (misalnya persatuan dan satuan).
2.
Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan
bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem. Sebagai contohnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
|
Bentuk Dasar
|
Hasil
Pengulangan Sebagian
|
|
memanggil
|
memanggil-manggil
|
|
Menulis
|
menulis-nulis
|
|
mengukur
|
mengukur-ukur
|
|
membersihkan
|
membersih-bersihkan
|
|
Ditulis
|
ditulis-tulis
|
|
Berlari
|
berlari-lari
|
|
Berkata
|
berkata-kata
|
|
Seakan
|
seakan-akan
|
3.
Pengulangan Yang Berkombinasi
Dengan Pembubuhan Afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan
pembubuhan afiks adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan
afiks secara bersama-sama atau serentak dan pula mendukung satu arti.
Di dalam bahasa Indonesia ada beberapa
imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama dengan pengulangan bentuk
membentuk satu arti, yaitu {-an}, {ke-an}, dan {se-nya}. Misalnya terlihat pada
table berikut.
|
Bentuk Dasar
|
Pengulangan dan + Pembubuhan afiks
|
Hasil
Pegulangan
|
|
rumah
|
+ (pengulangan) -an
|
rumah-rumahan
|
|
kuda
|
+ (pengulangan)-an
|
kuda-kudaan
|
|
kuning
|
+ ke-(pengulangan)-an
|
kekuning-kuningan
|
|
hijau
|
+ ke-(pengulangan)-an
|
kehijau-hijauan
|
|
Baik
|
+se-(pengulangan)-nya
|
sebaik-baiknya
|
|
lincah
|
+se-(pengulangan)-nya
|
selincah-lincahnya
|
4.
Pengulangan dengan Perubahan
Fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah
pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem. Pengulangan jenis ini
sudah tidak produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, berdasarkan
hasil perbandingan, masih dapat dibuktikan bahwa pengulangan jenis ini memang
ada dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata ulang gerak-gerik. Telah diketahui bahwa kata ulang itu berbentuk dasar gerak setelah dibandingkan dengan
bentuk-bentuk, misalnya menggerakkan,
digerakkan, penggerakkan, bergerak, dan pergerakkan.
Di samping bentuk dasarnya yang diulang, yaitu gerak, fonem /a/ pada bentuk dasarnya diubah menjadi fonem /i/
sehingga pengulangannya menjadi gerik.
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam model
pengulangan perubahan fonem, yaitu pengulangan fonem vokal dan pengulangan
fonem konsonan. Contoh pengulangan dengan perubahan fonem vokal adalah bolak-balik (bentuk dasarya: balik), serba-serbi (bentuk dasarya: serba).
Contoh pengulangan dengan perubahan fonem konsonan ialah lauk-pauk (bentuk dasarnya: lauk),
ramah-tamah (bentuk dasarnya: ramah).
3.
Komposisi
a.
Pengetian
Komposisi
Kridalaksana
menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu
proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Hasil proses itu
disebut paduan leksem atau kompositum, yang menjadi calon kata majemuk yang
berasal dari paduan kata dengan kata, bukan leksem dengan leksem. Jadi dengan
kata lain kalau komposisi adalah masalah morfologi, maka frase adalah masalah
sintaksis. Oleh karena itu, ada kemungkinan adanya sebuah data kebahasaan
apabila dilihat adari segi morfologi sebagai sebuah komposisi, tetapi kalau
dilihat dari segi sintaksis sebagai sebuah frase.
b.
Perbedaan
Komposisi Dengan Idiom
Komposisi
pembentuk idiom, yakni pengabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna
idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun
gramatikal. Misalnya pengabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan
komposisi meja hijau dengan makna ‘pengadilan’. Ada dua macam bentuk
komposisi idiomatik, yaitu idiomatik penuh dan idiomatik sebagian, yaitu
idiom yang salah satu unsurnya masih bermakna leksikal. Misalnya: daftar
hitam, ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang’. Konsep idiomatis penuh
dan sebagian ini sama dengan konsep idiom dan semi-idiom yang diungkapkan
Harimurti. (5) Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah
maujud dalam dunia nyata.
c.
Jenis-Jenis
Komposisi
1.
Komposisi Verbal
Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori
verbal. Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar:
a)
Verba
+ verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan minum.
b)
Verba
+ nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
c)
Verba
+ ajektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
d)
Adverbia
+ verba, seperti sudah makan, belum ketemu, masih tidur.
2. Komposisi Nomina
Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori
nomina. Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar:
a)
Nomina
+ nomina, seperti kakek nenek, meja kayu, sate kambing.
b)
Nomina
+ verba, seperti meja makan,, buku ajar, ruang tunggu.
c)
Nomina
+ ajektifa, seperti guru muda, mobil kecil, meja hijau.
d) Adverbial + nomina, seperti bukan uang, banyak
serigala, beberapa guru.
3. Komposisi Ajektiva
Komposisi ajektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori ajektiva. Komposisi ajektiva
dapat dibentuk dari dasar:
a)
Ajektiva
+ ajektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b)
Ajektiva
+ nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c)
Ajektiva
+ verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d)
Adverbia
+ ajektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan
d.
Bentuk Majemuk
Istilah
bentuk majemuk atau kompostium merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau
lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa:
1)
Gabungan Bentuk Dasar
- Gabungan bentuk bebas dengan bentuk bentuk bebas.
Contoh: garis lintang, masa depan,
rawat jalan.
- Gabungan bentuk berafiks dan bentuk berafks atau sebaliknya.
Contoh: menembak jatuh, sistem
pencernaan, tertangkap tangan.
2)
Gabungan bentuk
berafiks dan bentuk berafiks
Contoh:
kesehatan lingkungan, perawatan kecelakaan, pembangunan berkelanjutan.
3) Gabungan Bentuk Bebas dengan
Bentuk Terikat
Istilah
majemuk bentuk gabungan ini merupakan dua bentuk, atau lebih, yang salah satu
unsurnya tidak dapat beridiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat
digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa kuno dan
Melayu.
adikuasa
anekawarna
Sementara
itu bentuk terikat yangberasal dari bahsa asng barat, dengan beberapa
pengecualian, langsung diserap dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh
gabungan bentuk asing barat dengan kata melayu Indonesia, adalah sebgai
berikut:
globalization globalisasi
modernization modernisasi
Gabungan
bentuk bebas dan bentuk terikat seperti
-wan dan –wati.
Contoh:
ilmuwan seniwati
sastrawan biarawati
4) Gabungan Bentuk Terikat
Istilah
majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan bentuk
terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Misalnya:
dasawarsa
swatantra
e.
Kata Majemuk, Idiom
dan Frasa
Kata
majemuk memiliki kesamaan bentuk dengan frasa dan idiom, yaitu masing-masing
dapat berwujud kelompok kata. Karena itu, antara satu sama lain perlu
dibedakan. Kata majemuk kerap didefenisikan sebagai gabungan dua buah kata atau
lebih yang menghasilkan makna baru yang berbeda makna unsur-unsur pembentuknya.
Idiom
juga merupakan dua kata atau lebih susunannya terbentuk secara tetap (baku) dan
saling bergantung, atau merupakan gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan
unsur-unsur pembentuknya. Adapun frasa itu merupakan gabungan dua kata atau
lebih yang tidak melewati batas fungsi. Lazim dikatakan bahwa frasa itu
merupakan kumpulan kata yang berciri non-predikatif, yaitu dalam strukturnya
tidak terdapat predikat. Walaupun demikian, baik kata majemuk, idiom, frasa
masing-masing berpotensi menduduki fungsi atau jabatan kalimat tertentu dalam
kalimat entah, subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan. Disamping
itu, untuk membedakannya dengan klausa pada pihak lain, frasa dikatakan tidak
berciri predikatiif sebagaimana halnya ciri yang demikian oleh klausa.
Kata
majemuk dan idiom memiliki kesamaan, bahka dapat dikatakan bahwa daalam banyak
konteks idiom itu berkategori kata majemuk, tetapi tidak semua kata majemuk
berstatus idiom. Atas dasar ini, kata majemuk kerap dibagi menjadi dua
subkategori, yaitu kata majemuk idiomatik dan kata majemuk non-idiomatik.
Bahkan, terdapat subkategori kata majemuk semi-idomatik, yaitu konstruksi kata
majemuk yang salah satu unsur pembentuknya memiliki makna khas yang terdapat
pada konstruksi itu saja (Kridalaksana 1989:107). Kata majemuk hanya merujuk
pada kelompok kata yamg memiliki
makna penuh. Dengan demikian,
contoh gabungan kata seperti suka akan,
terdiri atas, dan berhubung dengan, bukanlah kata majemuk. Contoh-contoh gabungan
kata semacam itu hanya bisa disubkaegori ke dalam idiom.
Dari
segi makna, frasa keraap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frasa tidak
berbada dengan makna kata yang menjadi
inti atau induk frasa, sedangkan makna kata majemuk tidak daapat ditelusuri
dari unsur-unsur dari kata pembentukn ya. Dalam hal ini, (Kridalaksan:1989:104)
menyebutkan tiga ciri pembeda antara kata majemuk dan frasa, yaitu (a)
ketaktersisipan, (b) ketakterluasan, dan
(c) ketaktrbalikan. Konstruksi bujuk
rayu merupakan kata majemuk karena unsur-unsur pembentuknya tidak dapat di
sisipi ole unsur lain menjadi, misalnya bujuk
dan rayu atau bujuk kemudian rayu, juga tidak dapat diperluas menjadi bujukan rayu. Kalau hendak memberinya afiks, perilakunya akan sama
dengan bentuk kata tunggal, yaitu mengenai seluruh kata, bukan salah satu
unsurnya saja. Misalnya bujuk rayu dapat dibentuk menjadi verba majemuk berafiks:
membujuk rayu atau dibujuk rayu, bukan membujuk rayu atau dibujuk
dan dirayu. Konstruksi bujuk rayu, susunanya
juga tidak dapat dibalik menjadi rayu
bujuk. Demikian pula verba majemuk alih
nama tidak dapat dibalik susunannya menjadi nama alih.
Berikut
ini adalah contoh kata majemuk, idiom, dan frasa.
1)
Verba Majemuk Idomatis
Buang muka Sembunyi
tangan
Campur tangan Cuci
tangan
Pangku tangan
Lepas tangan
Tekuk lutut Jatuh
hati
Pecah belah Sepak
terjang
2)
Verba Majemuk
Semi-idimatis
Banting harga Angkat
bicara
Jual tampang Jual
muka
Jual diri
3)
Kata Majemuk
Non-idiomatis
Tabrak lari Tanya
jawab
Jual beli
Alih tugas
Timbul tenggelam Masuk
islam
Naik haji
4)
Frasa
Buang ingus Tangan
panjang
Lepas baju Tangkap
ikan
Buka topi Lempar
mangga
PROSES MORFOLOGIS DALAM KAJIAN PREFIKS
![]() |
OLEH:
KELOMPOK I
A. YUSDIANTI T. :
P1200215001
TAUFIK : P1200215011
HARZIKO : P1200215012
SUMIATY : P1200215013
RISMAN IYE : P1200215004
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

Komentar
Posting Komentar