MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA
A.      Pengertian Morfofonemik
Pengertian  morfofonemik menurut para ahli, yaitu:
1.         Sumadi (2010:140) berpendapat bahwa morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dan morfem yang lain.
2.         Zainal Arifin (2007:8) berpendapat bahwa proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan
3.         Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
4.         Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.
5.         Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain.
6.         Heatherington (dalam Tarigan, 1995:27) morfofonemik, atau yang biasa disebut dengan morfofonologi  adalah ilmu yang menelaah morfofonem. Morfofonologi adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonologi kita tidak menelaah bunyi tunggal beserta varian-variannya saja, tetapi justru menelaah bunyi-bunyi rangkap beserta varian-variannya.


B.       Proses Morfofonemik
Dalam dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa proses pembentukan kata yang dilakukan dengan kaidah atau caranya masing-masing. Oleh karena itu, berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang berkaitan dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1.         Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiksasi terdiri dari prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Namun infiks belum dibahas dalam pembahasan kali ini.
a.     Prefiks
                    Bentuk Prefiks meng-
Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (prefiks verba aktif, baik transitif maupun taktransitif). Dalam proses afiksasi dalam kaitannnya dengan morfologis bahasa Indonesia pada prefiks meng- akan terlihat bahwa prefiks meng-  akan berubah menjadi me-, mem-, meny-, meng-, menge-, me-, menurut aturan fonologis tertentu.
 Kata tangis dan menangis berbeda akibat prefiks meng-. Contoh pemakaian pada kalimat berikut.
-       sayup terdengar tangis yang memilukan
-       Ia menangis terharu ketika mendengar keberhasian anaknya
1)   Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /b/, /f/, dan /p/ maka prefiks meng- itu akan berubah menjadi mem-.
Contoh:
meng- + beli       membeli
meng - + potong       memotong
meng -+ fitnah       memfitnah
2)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /d/ dan /t/ maka prefiks meng- akan menjadi men-.
Contoh:
meng- + dapat → mendapat
meng- + tulis → menulis
3)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /s/, /sy/, /c/, /j/ maka prefiks meng- akan menjadi meny-.
Contoh:
meng- + sepak       menyepak
meng- + cuci      mencuci
meng- + syarakant      mensyaratkan
meng- + jawab      menjawab
4)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /g/, /h/, /kh/ dan /k/ atau juga fonem vokal (a, i, u, e, o), maka prefiks meng- akan menjadi meng-.
meng- + ambil      mengambil
meng- + ikut      mengikut
meng- + umpan      mengumpan
meng- + ejek      mengejek
meng- + ojek      mengojek
meng- + gambar      menggambar
meng- + hapus      menghapus
meng- + kalah      mengalah
meng- + khayal      mengkhayal
5)      Jika bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu suku, maka prefiks meng- itu akan menjadi menge-. 
meng- + tik      mengetik
meng- + bom      mengebom
meng- + pel      mengepel
meng- + las       mengelas  
6)      Jika bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /l/, /m/, /n/, /ny/, /y/, /w/ dan /r/ maka, prefiks meng- akan menjadi me-.
meng- + lapuk      melapuk
meng-+ masak       memasak
meng- + namai      menamai
meng- + nyanyi      menyanyi
meng- + wariskan      mewariskan
meng- + rusak      merusak  
Prefiks meng- juga memiliki beberapa makna seperti berikut:
1)        melakukan, mengerjkan, seperti:
Ia rajin membaca buku. ‘ia rajin melakukan baca buku’
Kami sedang menjual batik. ‘kami sedang melakukan jual batik’
2)      menjadi, seperti:
Keinginan kita sudah menyatu. ‘keinginan kita sudah menjadi satu’
3)      melakukan peringatan, seperti:
Tahlil meniga hari. ‘tahlil memperingati tiga hari (kematian)
4)      menggunakan atau memakai, seperti:
Menggunting baju. ‘memotong baju menggunakan gunting’
5)      membuat atau menghasilkan, seperti:
Menggambar burung. ‘membuat gambar kupu-kupu’
Bentuk Prefiks peng-
Prefiks peng- sebagai pembentuk kata benda (prefiks nomina) yang bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks meng-. Artinya, kata benda berprefiks peng- bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berprefiks meng-. Perhatikan bahwa ‘orang yang mengarang’ disebut pengarang, ‘orang yang menulis’ disebut penulis, ‘orang yang mengantuk’ disebut pengantuk, ‘orang yang mencuri’ disebut pencuri, dan ‘orang yang mengemis’ disebut  pengemis.
Prefiks peng- juga mengalami perubahan bentuk yang disesuaikan dengan kondisi bentuk dasar yang mengikutinya, sehingga prefiks peng- dapat berubah menjadi pe-, pen-, pem-, peny-, peng-, penge-.
1)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /b/, /f/, dan /p/ maka prefiks peng- itu akan berubah menjadi pem-.
Contoh:
peng- + beli       pembeli
peng- + potong        pemotong
peng -+ fitnah       pemfitnah
2)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /d/ dan /t/ maka prefiks peng- akan menjadi pen-.
Contoh:
peng- + dapat →pendapat
peng- + tulis → penulis
3)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /s/, /c/, /j/ maka prefiks peng- akan menjadi peny-.
Contoh:
peng- + sepak       penyepak
peng- + cuci       pencuci
peng- + jawab       penjawab
4)      Jika bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /g/, /h/, /kh/ dan /k/ atau juga fonem vokal (a, i, u, e, o), maka prefiks peng- akan menjadi peng-.
peng- + ambil      pengambil
peng- + ikut       pengikut
peng- + umpan      pengumpan
peng- + eja       pengeja
peng-  + ojek       pengojek
peng-  + gambar      penggambar
peng- + hapus      penghapus
peng-  + kotbah       pengotbah
peng-  + khayal      pengkhayal
5)      Jika bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu suku, maka prefiks peng-  itu akan menjadi penge-. 
peng- + tik      pengetik
peng- + bom      pengebom
peng- + pel      pengepel
peng-+ las       pengelas  
6)      Jika bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /l/, /m/, /n/, /ny/, /y/, /w/ dan /r/ maka, prefiks peng-  akan berubah menjadi pe-.
 peng- + lamar      pelamar
 peng-+ makan       pemakan
 peng- + nama      penama
 peng- + nyanyi       penyanyi
 peng- + waris      pewaris
 peng-+ rusak      perusak
Prefiks peng- juga memiliki beberapa makna:
1)      yang melakukan, seperti:
Atlet pelempar lembing. ‘atlet yang melakukan lempar lembing’
2)      yang menjadi atau yang menjadikan, seperti:
Pemerah bibir. ‘yang menjadikan bibir merah’
3)      yang menggunakan atau yang memakai, seperti:
Penggunting. ‘yang menggunakan gunting’ (untuk)’
4)       yang menghasilkan atau yang membuat, seperti:
Penenun kain songket. ‘yang menghasilkan tenunan kain songket’
5)      yang mengeluarkan (suara), seperti:
Perintih.’yang mengeluarkan rintihan’, ‘yang merintih’

Bentuk Prefiks per-
Dalam bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks per- pembentuk kata kerja (pefiks verbal) dan per- (pe-, pel-) sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal).
1)      Prefiks per- berubah menjadi pe- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
per- + rasa      perasa
per- + raba      peraba
per- + kerja      pekerja
per- + serta      peserta
2)      Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
per- + ajar      pelajar
3)      Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain diluar kaidah 1 dan 2 di atas.
per- + dalam      perdalam
per- + luas      perluas
per- + kaya      perkaya  
Sebagai pembentuk kata kerja, prefiks per- memiliki makna seperti berikut:
1)      menjadikan lebih (biasanya prefiks per- dilekatkan pada dasar berupa kata sifat, seperti:
Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah rumahmu’
2)      membagi jadi, seperti:
Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’

Bentuk prefiks ber-

Prefks ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal). Namun, kalimat yang predikatnya berupa kata kerja berawalan ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan. Contoh:
-          Ari dan Ria berdagang kain di pasar.
-          Eki berlari mengelilingi lapangan bola.
Diketahui bahwa kata kerja berprefiks ber- tidak dapat dipasifkan, tetapi kata kerja berprefiks meng-…-i atau meng-…-kan dapat dipasifkan menjadi kata kerja di-…-i dan di…-kan.
1)   Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
ber- + ransel      beransel
ber- + kerja      bekerja
2)      Prefiks ber- berubah menjadi bel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
ber- + ajar      belajar
3)      Prefiks ber- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain diluar kaidah 1 dan 2 di atas.
ber- + layar      berlayar
ber- + main      bermain
ber- +peran      berperan
            Kata kerja berprefiks ber- memiliki beberapa makna seperti berikut:
1)      memiliki atau mempunyai, seperti:
Ia beranak dua orang. ‘ia memiliki dua orang anak’
2)       menyatakan atau mengakui, seperti:
Aku berkakak kepadanya. ‘aku menyatakan kakak padanya’, ‘aku menyapanya kakak’
3)      menghasilkan atau mengeluarkan, seperti:
Ayam sudah bertelur. ‘ayam sudah menghasilkan telur’
4)      biasa melakukan, bertindak sebagai, bekerja sebagai, seperti:
Paman bertukang. ‘paman bekerja sebagai tukang’
Ia bertinju. ‘ia biasa melakukan tinju’
Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’

Bentuk perefiks ter-
Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ter-, yaitu (1) prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal, yang bertalian dengan prefiks ber-) dan (2) prefiks ter- sebagai pembentuk kata sifat (prefiks adjektiva).
1)      Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/ dan fonem /r/ prefiks ter- ada yang muncul dan ada yang tidak.

Contoh:
Ter- + perccaya      terpercaya
Ter- + cermin          teercermin
Ter- + percik           terpercik
2)      Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
Contoh:
Ter- + pilih              terpilih
Ter- + bawa            terbawa
Ter- + luka              terluka
Ter- + ganggu         terganggu
Prefiks ter- pembentuk kata kerja memiliki makna sebagai berikut:
1)      telah dilakukan atau dalam keadaan, seperti:
Kami datang ketika pintu sudah terbuka. ‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’
2)      telah mengalami, menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau tiba-tiba), seperti:
Ia berlari teerkencing-kencing karena ketakutan. ‘ia berlari sampai tiba-tiba kencing karena ketakutan’

Bentuk prefiks di-, ke-, se-
1)      Prefiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif (prefiks verbal pasif, yang berkaitan dengan prefiks verbal aktif meng-) seperti diambil >< mengambil, ditiru >< meniru, dicangkuli >< mencangkuli.
Prefiks di-, tidak mengalami perubahan ketika diletakan dengan bentuk lain.
di- + pukul       dipukul
di- + makan      dimakan
2)      Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ke- yaitu prefiks ke-  yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verba dan bertalian dengan prefiks ter- , seperti ketewa yang digunakan dalam ragam lisan tidak resmi dan tertawa) dan prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nomina).
Prefiks ke-, tidak mengalami perubahan ketika diletakan dengan bentuk lain.
ke- + tua      ketua
ke- + kasih      kekasih
3)      Fungsi prefiks se- yang pertama adalah menjadi klitika (dari kata esa), seperti sesekolah, sekamar, sekampung dan sekota. Adapun fungsi prefiks se- yang kedua adalah membentuk adverbia, seenaknya, setibanya, dan secepatnya.
Prefiks se-, tidak mengalami perubahan ketika diletakan dengan bentuk lain.
se- + buah      sebuah
se- + luas      seluas 

b.      Sufiks
c.       Konfiks
1.    Pengertian Konfiks
Kata konfiks berasal dari bahasa latin: con (dengan) dan fix (tambahan). Konfiks adalah afiks yang terdiri dari prefiks dan sufiks yang ditempatkan di antara kata dasar. Konfiks adalah awalan dan akhiran yang melekat pada kata secara bersamaan tidak secara bertahap/tidak satu demi satu.

2.    Ciri-ciri konfiks
a)   Awalan dan akhiran diletakkan pada bentuk dasar secara serentak (tidak bertahap)
Contoh:
Ber- + datangan + -an
b)      Konfiks menyatakan satu makna gramatikal (jika salah satu konfiks itu dipisah/dipenggal, penggalan bukan merupakan kata yang bermakna)
Contoh:
Kata berdatangan memiliki makna perbuatan yang dilakukan banyak pelaku. Jika kata tersebut dipenggal menjadi berdatang dan datangan kata tersebut tidak memiliki makna.
                                    
3.      Kaidah-kaidah konfiks
a)      Konfiks ke-an
Dalam konfiks ke-an telah dikatakan tidak mengalami peluluhan jika bertemu kata dasar yang berfonem awal apapun.
b)      Konfiks ber-an
Konfiks ber-an berubah menjadi be-an jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem  /r/.
                     Contoh: ber- + runding + -an = berundingan
Konfiks ber-an  tidak berubah bentuknya bila digabungkan dengan kata  dasar diluar kaidah di atas.
                     Contoh:  ber- + jatuh + -an = berjatuhan
c)      Konfiks peng-an/ per-an
-          per-an berubah menjadi pe-an apabila ditambahkan  pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/.
                                Contoh: per- + radang + -an  = peradangan
-          Per-an berubah menjadi pel-an apabia ditambhkan pada bentuk dasar ajar.
                    `           Contoh: per- + ajar + -an = pelajaran
-          Per-an tidak mengalami perubahan bentuk bila bergabung dengan kata dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/ dan bukan morfem ajar.
                                contoh: per- + luas + -an = perluasan
-          Jika di tambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /p/,/b/,/f/, bentuk peng-an berubah menjadi pem-an . namun dalam kata dasar yang dimulai dengan  fonem /p/, fonem /p/ akan hilang.
                                contoh: peng- + bangun + -an = pembangunan
-          Bentuk peng-an berubah menjadi pen-an Jika di tambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /t/,/d/,/s/.Fonem /t/ hilang, kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya, dan fonem /s/ hanya berlaku bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.
                                 Contoh: peng- + tulis + -an = penulisan
-          Bentuk peng-an berubah menjadi peny-an Jika diikuti bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /s/.
                                Contoh: peng- + saring + -an  = penyaringan
-          Bentuk peng-an berubah menjadi  peng-an Jika diikuti bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /k/,/g/,/x/,/h/vokal/. Fonem /k/ hilang.
                                Contoh: peng- + kukus + -an = pengukusan
                                 peng- + khianat + -an = pengkhianatan
-          Bentuk peng-an berubah menjadi  pe-an Jika diikuti bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /y/,/l/,/w/nasal/.    
                                Contoh: peng- + lafal + -an = pelafalan
-          Bentuk peng-an berubah menjadi  penge-an Jika diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata.
                                Contoh: peng- + bom + -an = pengeboman
   



d)     Konfiks se-nya
Konfiks se-nya seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan satu keadaan tertinggi yang dicapai oleh pembuatan kata kerja.
Contoh: setinggi-tingginya = setinggi mungkin

4.      Fungsi dan Makna konfiks
a)   Konfiks ke-an
Fungsi konfiks ke-an untuk membentuk kata benda konkrit, kata benda abstrak, kata kerja pasif, kata pasif.
Makna :
1)      Menyatakan sifat
Contoh: Keindahan = bersifat indah
2)      Menyatakan makna dalam keadaan
Contoh : Kedinginan = dalam keadaan dingin
3)      Menyatakan perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja
Contoh : Ketiduran = tidak sengaja tidur
4)      Menyatakan makna terlalu
Contoh : Kebesaran = terlalu besar
5)      Menyatakan makna agak atau menyerupai
Contoh : kekanak-kanakan = menyerupai anak-anak
b)   Konfiks peng-an
Fungsi konfiks peng-an untuk membentuk kata benda. Sedangkana Makna konfiks peng-an adalah:
1)      Menyatakan makna cara
Contoh : Pengiriman = cara mengirim
2)      Menyatakan makna tempat
Contoh : pelabuhan = tempat berlabuh
3)      Menyatakan makna perihal
Contoh : pembuatan = perihal membuat
c)      Konfiks per-an
Fungsi konfiks per-an untuk membentuk kata benda dan makna konfiks ini adalah:
1)   Menyatakan makna cara
Contoh : pergaulan = cara bergaul
2)   Menyatakan makna hasil
Contoh : persetujuan = hasil setuju
3)   Menyatakan tempat
Contoh : permukiman = tempat bermukim
d)     Konfiks ber-an
Fungsi  konfiks ber-an membentuk kata kerja dan makna prefiks ini adalah:
1)      Menyatakan makna saling
Contoh : berpandangan = saling berpandangan
2)      Menyatakan makna perbuatan yang dilakukan oleh banyak pelaku
Contoh : berhamburan = bersama-sama
3)      Menyatakan makna perbuatan yang dilakukan berulang-ulang
Contoh : bertetesan = berulang-ulang menetas
e)      Konfika se-nya
Fungsi konfika se-nya untuk membentuk kata keterangan dari kata sifat dan makn prefiks ini adalah:
1)      Menyatakan makna tingkat atau paling
Contoh : sebaik-baiknya = paling baik
2)      Menyatakan makna waktu atau setelah
Contoh : setibanya = setelah tiba




2.    Proses Pengulangan (Reduplikasi)
a.      Pengertian Reduplikasi
Proses reduplikasi merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Seperti bentuk dasar pada kata sepeda diulang seluruhnya menjadi sepeda-sepeda, tanpa variasi fonem dan tanpa berkombinasi dengan afiks. Selain itu bentuk dasar memukul diulang sebagian menjadi memukul-mukul, bentuk dasar gerak diulang seluruhnya dengan variasi fonem menjadi gerak-gerik, dan bentuk dasar buah diulang seluruhnya dengan kombinasi afiks menjadi buah-buahan.
Berdasarkan batasan dan contoh-contoh kata ulang diatas, dapat kita simpulkan bahwa suatu kata dikatakan sebagai hasil proses pengulangan apabila kata itu ada bentuk dasarnya yang diulng. Apabila tidak ada bentuk dasarnya, jelaslah bahwa kata itu bukanlah hasil dari proses pengulangan atau bukanlah kata ulang.

b.        Ciri Bentuk Dasar Kata Ulang
Dalam proses pengulangan, yang dimaksud dengan bentuk dasar adalah bentuk linguistik yang diulang yang menjadi dasar dari proses pengulangan. Unuk itulah, kita perlu mengetahui sekadarnya tentang ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh beberapa pengamat bahasa Indonesia, ciri-ciri bentuk dasar kata ulang basaha Indonesia sebagai berikut:

1.         Kelas Kata Bentuk Dasar Kata Ulang Sama Dengan Kelas Kata-Kata Ulangnya
Berdasarkan ciri di atas, dapatlah dikemukakan bahwa apabila suatu kata ulang berkelas kata benda (nomina), bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja (verba), bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
Kata Ulang
Kelas Kata
Bentuk Dasar
Kelas Kata
gedung-gedung
nomina
gedung
nomina
sayur-sayuran
nomina
sayur
nomina
membaca-baca
verba
membaca
verba
berlari-lari
verba
berlari
verba
pelan-pelan
adjektiva
pelan
adjektiva
hitam-hitam
adjektiva
hitam
adjektiva

2.      Bentuk Dasar Kata Ulang Selalu Ada Dalam Pemakaian Bahasa
Sebagaimana pada kata ulangnya, bentuk dasarnya pun ada dalam pemakaian bahasa, maksud “dalam pemakaian bahasa” adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat. Berdasarkan ciri kedua ini, beberapa contoh kata ulang beserta bentuk dasarnya dapat terlihat pada table berikut:
Kata Ulang
Bentuk Dasarnya
melaku-lakukan
melakukan, bukan melaku
menyatu-nyatukan
menyatukan, bukan menyatu
mempertunjuk-tunjukkan
mempertunjukkan
bergerak-gerak
bergerak, bukan gerak

3.      Arti Bentuk Dasar Kata Ulang Selalu Berhubungan Dengan Arti Kata Ulangnya
Ciri ketiga ini sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil dari proses pengulangan. Berdasarkan ciri ini, jelaslah bahwa bentuk alun bukan merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun, bentuk undang bukan merupakan bentuk dasar dari kata undang-undang dan lain sebagainya.




c.       Jenis Pengulangan (Reduplikasi)
Jenis pengulangan ini didasarkan pada bagaimana bentuk dasar kata ulang itu diulang. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dalam bahasa Indonesia ada empat jenis pengulangan, yaitu (1) pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem.
1.      Pengulangan Seluruh
Yang dimakasud dengan pengulangan seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Misalnya dapat dilihat pada table berikut.
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Seluruh
Batu
batu-batu
sembilan
sembilan-sembilan
persatuan
persatuan-persatuan
Satuan
satuan-satuan

Dari contoh-contoh di atas terlihat bahwa bentuk dasar dari pengulangan seluruh ada yang berfonem tunggal (misalnya batu, Sembilan) dan ada yang berfonem kompleks (misalnya persatuan dan satuan).

2.      Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem.  Sebagai contohnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Sebagian
memanggil
memanggil-manggil
Menulis
menulis-nulis
mengukur
mengukur-ukur
membersihkan
membersih-bersihkan
Ditulis
ditulis-tulis
Berlari
berlari-lari
Berkata
berkata-kata
Seakan
seakan-akan

3.      Pengulangan Yang Berkombinasi Dengan Pembubuhan Afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks secara bersama-sama atau serentak dan pula mendukung satu arti.
Di dalam bahasa Indonesia ada beberapa imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama dengan pengulangan bentuk membentuk satu arti, yaitu {-an}, {ke-an}, dan {se-nya}. Misalnya terlihat pada table berikut.
Bentuk Dasar
Pengulangan dan + Pembubuhan afiks
Hasil Pegulangan
rumah
+ (pengulangan) -an
rumah-rumahan
kuda
+ (pengulangan)-an
kuda-kudaan
kuning
+ ke-(pengulangan)-an
kekuning-kuningan
hijau
+ ke-(pengulangan)-an
kehijau-hijauan
Baik
+se-(pengulangan)-nya
sebaik-baiknya
lincah
+se-(pengulangan)-nya
selincah-lincahnya

4.      Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem. Pengulangan jenis ini sudah tidak produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, berdasarkan hasil perbandingan, masih dapat dibuktikan bahwa pengulangan jenis ini memang ada dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata ulang gerak-gerik. Telah diketahui bahwa kata ulang itu berbentuk dasar gerak setelah dibandingkan dengan bentuk-bentuk, misalnya menggerakkan, digerakkan, penggerakkan, bergerak, dan pergerakkan. Di samping bentuk dasarnya yang diulang, yaitu gerak, fonem /a/ pada bentuk dasarnya diubah menjadi fonem /i/ sehingga pengulangannya menjadi gerik.
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam model pengulangan perubahan fonem, yaitu pengulangan fonem vokal dan pengulangan fonem konsonan. Contoh pengulangan dengan perubahan fonem vokal adalah bolak-balik (bentuk dasarya: balik), serba-serbi (bentuk dasarya: serba). Contoh pengulangan dengan perubahan fonem konsonan ialah lauk-pauk (bentuk dasarnya: lauk), ramah-tamah (bentuk dasarnya: ramah).

3.         Komposisi
a.      Pengetian Komposisi
Kridalaksana menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Hasil proses itu disebut paduan leksem atau kompositum, yang menjadi calon kata majemuk yang berasal dari paduan kata dengan kata, bukan leksem dengan leksem. Jadi dengan kata lain kalau komposisi adalah masalah morfologi, maka frase adalah masalah sintaksis. Oleh karena itu, ada kemungkinan adanya sebuah data kebahasaan apabila dilihat adari segi morfologi sebagai sebuah komposisi, tetapi kalau dilihat dari segi sintaksis sebagai sebuah frase.

b.      Perbedaan Komposisi Dengan Idiom
Komposisi pembentuk idiom, yakni pengabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya pengabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna ‘pengadilan’. Ada dua macam bentuk komposisi idiomatik, yaitu idiomatik penuh dan idiomatik  sebagian, yaitu idiom yang salah satu unsurnya masih bermakna leksikal. Misalnya: daftar hitam, ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang’. Konsep idiomatis penuh dan sebagian ini sama dengan konsep idiom dan semi-idiom yang diungkapkan Harimurti. (5) Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah maujud dalam dunia nyata.

c.       Jenis-Jenis Komposisi
1.    Komposisi Verbal
Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar:
a)      Verba + verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan  minum.
b)      Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
c)      Verba + ajektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
d)     Adverbia + verba, seperti sudah makan, belum ketemu, masih tidur.

2.      Komposisi Nomina
Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar:
a)    Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu, sate kambing.
b)   Nomina + verba, seperti meja makan,, buku ajar, ruang tunggu.
c)    Nomina + ajektifa, seperti guru muda, mobil kecil, meja hijau.
d)   Adverbial + nomina, seperti bukan uang, banyak serigala, beberapa guru.

3.      Komposisi Ajektiva
Komposisi ajektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori ajektiva. Komposisi ajektiva dapat dibentuk dari dasar:
a)    Ajektiva + ajektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b)   Ajektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c)    Ajektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d)   Adverbia + ajektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan

d.      Bentuk Majemuk
Istilah bentuk majemuk atau kompostium merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa:
1)   Gabungan Bentuk Dasar
-       Gabungan bentuk bebas dengan bentuk bentuk bebas.
                        Contoh: garis lintang, masa depan, rawat jalan.
-       Gabungan bentuk berafiks dan bentuk berafks atau sebaliknya.
                        Contoh: menembak jatuh, sistem pencernaan, tertangkap tangan.
2)   Gabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks
Contoh: kesehatan lingkungan, perawatan kecelakaan, pembangunan berkelanjutan.
3)      Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan dua bentuk, atau lebih, yang salah satu unsurnya tidak dapat beridiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa kuno dan Melayu.
Contoh:    adi                   adikarya
                                                            adikuasa
                                    aneka               anekabahasa
                                                            anekawarna
Sementara itu bentuk terikat yangberasal dari bahsa asng barat, dengan beberapa pengecualian, langsung diserap dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh gabungan bentuk asing barat dengan kata melayu Indonesia, adalah sebgai berikut:
                   globalization                                 globalisasi
                   modernization                              modernisasi
Gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat seperti  -wan dan –wati.
                   Contoh:
ilmuwan                      seniwati
                                    sastrawan                    biarawati
           
4)      Gabungan Bentuk Terikat
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Misalnya:
                   dasawarsa                        
                   swatantra

e.     Kata Majemuk, Idiom dan Frasa
Kata majemuk memiliki kesamaan bentuk dengan frasa dan idiom, yaitu masing-masing dapat berwujud kelompok kata. Karena itu, antara satu sama lain perlu dibedakan. Kata majemuk kerap didefenisikan sebagai gabungan dua buah kata atau lebih yang menghasilkan makna baru yang berbeda makna unsur-unsur pembentuknya.
Idiom juga merupakan dua kata atau lebih susunannya terbentuk secara tetap (baku) dan saling bergantung, atau merupakan gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan unsur-unsur pembentuknya. Adapun frasa itu merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melewati batas fungsi. Lazim dikatakan bahwa frasa itu merupakan kumpulan kata yang berciri non-predikatif, yaitu dalam strukturnya tidak terdapat predikat. Walaupun demikian, baik kata majemuk, idiom, frasa masing-masing berpotensi menduduki fungsi atau jabatan kalimat tertentu dalam kalimat entah, subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan. Disamping itu, untuk membedakannya dengan klausa pada pihak lain, frasa dikatakan tidak berciri predikatiif sebagaimana halnya ciri yang demikian oleh klausa.
Kata majemuk dan idiom memiliki kesamaan, bahka dapat dikatakan bahwa daalam banyak konteks idiom itu berkategori kata majemuk, tetapi tidak semua kata majemuk berstatus idiom. Atas dasar ini, kata majemuk kerap dibagi menjadi dua subkategori, yaitu kata majemuk idiomatik dan kata majemuk non-idiomatik. Bahkan, terdapat subkategori kata majemuk semi-idomatik, yaitu konstruksi kata majemuk yang salah satu unsur pembentuknya memiliki makna khas yang terdapat pada konstruksi itu saja (Kridalaksana 1989:107). Kata majemuk hanya merujuk pada kelompok kata yamg memiliki  makna  penuh. Dengan demikian, contoh gabungan kata seperti suka akan, terdiri atas, dan berhubung dengan,  bukanlah kata majemuk. Contoh-contoh gabungan kata semacam itu hanya bisa disubkaegori ke dalam idiom.
Dari segi makna, frasa keraap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frasa tidak berbada  dengan makna kata yang menjadi inti atau induk frasa, sedangkan makna kata majemuk tidak daapat ditelusuri dari unsur-unsur dari kata pembentukn ya. Dalam hal ini, (Kridalaksan:1989:104) menyebutkan tiga ciri pembeda antara kata majemuk dan frasa, yaitu (a) ketaktersisipan, (b) ketakterluasan, dan  (c) ketaktrbalikan. Konstruksi bujuk rayu merupakan kata majemuk karena unsur-unsur pembentuknya tidak dapat di sisipi ole unsur lain menjadi, misalnya bujuk dan rayu atau bujuk kemudian rayu, juga tidak dapat diperluas menjadi bujukan rayu. Kalau hendak memberinya afiks, perilakunya akan sama dengan bentuk kata tunggal, yaitu mengenai seluruh kata, bukan salah satu unsurnya saja. Misalnya bujuk rayu dapat dibentuk menjadi verba majemuk berafiks: membujuk rayu atau dibujuk rayu, bukan membujuk rayu atau dibujuk dan dirayu. Konstruksi bujuk rayu, susunanya juga tidak dapat dibalik menjadi rayu bujuk. Demikian pula verba majemuk alih nama tidak dapat dibalik susunannya menjadi nama alih.
            Berikut ini adalah contoh kata majemuk, idiom, dan frasa.
1)      Verba Majemuk Idomatis
Buang muka                      Sembunyi tangan
Campur tangan                  Cuci tangan
Pangku tangan                  Lepas tangan
Tekuk lutut                        Jatuh hati
Pecah belah                       Sepak terjang
2)      Verba Majemuk Semi-idimatis
Banting harga                    Angkat bicara
Jual tampang                     Jual muka
Jual diri
3)      Kata Majemuk Non-idiomatis
Tabrak lari                         Tanya jawab
Jual beli                             Alih tugas
Timbul tenggelam             Masuk islam
Naik haji
4)      Frasa
Buang ingus          Tangan panjang
Lepas baju             Tangkap ikan
Buka topi              Lempar mangga



























PROSES MORFOLOGIS DALAM KAJIAN PREFIKS


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2FKc-vtPdkl-eLT3mlWSucgl3RBICo5SuNJMrPI8wQc76QyFUPeVJxPfFYYaHItGPmg9clx4oH0alSgEjl1mf9STcQ2_OG8dFqfXdoStV7dnb9ebE0c45C57VrTPdce8VczyUp76BRf4/s1600/logonya+unhas.jpg
 
















OLEH:
KELOMPOK I



A.  YUSDIANTI T.    : P1200215001
TAUFIK                      : P1200215011
HARZIKO                   : P1200215012
SUMIATY                   : P1200215013
RISMAN IYE                 : P1200215004




PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015







Komentar

Postingan populer dari blog ini

KALIMAT AMBIGU DAN KALIMAT PARAFRASE