TEORI DAN ALIRAN LINGUISTIK


TAKEHOME
TEORI DAN ALIRAN LINGUISTIK


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2FKc-vtPdkl-eLT3mlWSucgl3RBICo5SuNJMrPI8wQc76QyFUPeVJxPfFYYaHItGPmg9clx4oH0alSgEjl1mf9STcQ2_OG8dFqfXdoStV7dnb9ebE0c45C57VrTPdce8VczyUp76BRf4/s1600/logonya+unhas.jpg

RISMAN IYE
P1200215004



FAKULTAS SASTRA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

 
 

1.      Teori Linguistik
a)      Pengertian teori, posisi teori diantara hipotesis, kesimpulan, norma, kaidah, aturan, hokum, dalil, dan lain-lain.
Teori adalah seperangkat kontruksi (Konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematika melalui spesifikasi hubungan antar fariabel, sehingga dapat berguna untuk menjalankan dan meramalkan fenomena. (Neumen).
Pengertian dan Definisi Teori Menurut Para Ahli Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah: Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling berhubungan.
Suatu teori adalah kumpulan dari beberapa konsep yang membentuk suatu pola realitas. Teori adalah suatu pernyataan yang menjelaskan secara khusus suatu proses, peristiwa, atau fenomena yang didasarkan pada observasi beberapa fakta, namun tanpa bukti absolut atau langsung. Beberapa teori membentuk suatu kelompok pertanyaan yang berkaitan satu sama lain sehingga memberi makna pada suatu rangkaian kejadian. Teori dapat diuji, dirubah, atau digunakan sebagai pemandu riset atau sebagai dasar evaluasi.
2
 
Secara umum teori diartikan sebagai pendapat. Sedangkan dalam pengertian khusus, teori digunakan dalam lingkungan ilmu atau biasa disebut teori ilmiah. Definisi ini mengandung tiga konsep penting. Pertama, suatu teori adalah satu set proposisi yang terdiri atas konsep-konsep yang berhubungan. Kedua, teori memperlihatkan hubungan antar variabel atau antar konsep yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik tentang fenomena. Ketiga, teori haruslah menjelaskan variabelnya dan bagaimana variabel itu berhubungan.
Secara bahasa hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypo artinya sebelum dan thesis artinya pernyataan atau pendapat. Secara istilah hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger,1973:18 dan Tuckman,1982:5). Atas dasar defenisi diatas, sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya. Adapun definisi lain, hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dengan penalaran deduksi dan merupakan jawaban sementara secara teoritis terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

 
Model adalah Sesuatu yang sudah diketahui dengan baik yang dipakai untuk menjelaskan satu hal yang belum diketahui karena adanya persamaan yang mendasar. Model digunakan untuk menyederhanakan proses dan menjadikannya lebih mudah. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis.
Prinsip adalah dasar atau asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya). Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang / kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu.

 
sebagai contoh, hasil yang telah dicapai oleh para pakar pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara mantap bisa disebut teori karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu masih lebih umum disebut suatu hipotesis. Dari pengertian inilah hipotesis, konsep, norma, kaidah, aturan dan lainnya merupakan dasar dari lahirnya sebuah teori.

b)      Teori linguistik identik dengan grammar “tata bahasa”

Linguistik mungkin bisa didefinisikan sebagai pengkajian bahasa secara ilmiah. Definisi ini hampir tidak memberi gambaran cukup kepada pembaca, dan tidak memberi suatu indikasi positif mengenai asas-asas dasar bidang studi ini. Linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Seorang linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa beserta dengan aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Objek kajian Linguistik adalah salah satunya linguistik mikro yaitu tentang  struktur internal bahasa itu sendiri mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Objek kajian linguistik ini yang paling berdekatan dengan tata bahasa (grammar). Jadi, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tata bahasa merupakan bagian dari linguistik.
Istilah gramatika berasal dari bahasa yunani (melalui bahasa perancis dan latin) yang boleh diterjemahkan sebagai “seni menulis”. Tata bahasa adalah studi struktur kalimat, yang memberikan kaidah-kaidah yang mengendalikan bahasa secara umum atau bahasa-bahasa tertentu yang mencakup semantik, fonologi dan bahkan kerapkali pula pragmatik. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
a.       Dalam arti sempit tata bahasa mencakup sintaksis dan morfologi
b.      Dalam arti luas tata bahasa selain mencakup sintaksis dan morfologi juga mencakup semantik, fonologi dan pragmatik.

 
Pengkajian linguistik berobjek pada bahasa, ini sudah tentu sangat identik dengan tata bahasa, karena tata bahasa juga objek kajiannya pada bahasa yang mendalami tentang seperangkat kaidah-kaidah leksikon yang memberikan pengetahuan (kompetensi) yang dimiliki oleh seorang penutur pembicara mengenai bahasanya.
 
c)      Tata bahasa. Suatu bahasa hanya ditemukan dalam bahasa tulisan sedangkan bahasa lisan hanya sedikit yang mengandung tata bahasa.

Marilah kita pahami dulu tentang pengertian bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan yaitu bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya:
1.    Memerlukan kehadiran orang lain
2.    Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
3.    Terikat ruang dan waktu
4.    Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Bahasa tulis adalah  bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Ciri-ciri bahasa tulis adalah sebagai berikut:
1.      Tidak memerlukan kehadiran orang lain
2.      Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap
3.      Tidak terikat ruang dan waktu
4.      Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

 Tata bahasa (grammar) adalah suatu himpunan dari patokan-patokan dalam tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Penggunaan tata bahasa digunakan pada bahasa tulis karena dalam bahasa tulis secara tidak langsung menggunakan struktur kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan atau bahasa tulis dikenal dengan ortografi. Sedangkan dalam tata bahasa  pada bahasa lisan kurang diindahkan karena komunikasinya berlangsung secara langsung atau dalam bentuk tuturan.

2.      Perbedaan antara tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural.

a.       Tata Bahasa Tradisional

Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam struktur bahasa. Struktur bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bahasa, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Tata bahasa tradisional dimulai dari zaman Yunani, Kaum Alexandrian, Zaman Romawi Kuno, Zaman Pertengahan. Bagi orang-orang Yunani “tata bahasa” sejak semula merupakan bagian dari “filsafat”. Maksudnya, itu merupakan bagian dari keluasan pengamatan mereka terhadap sifat-sifat alam di sekitar mereka dan lembaga sosial mereka sendiri. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. 
7
 
 

Ciri-ciri aliran tradisional:
a)      Berolak dari pola pikir secara filosofis
b)      Tidak membedakan bahasa lisan dan tulisan
c)      Senang bermain dengan definisi
d)     Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah
e)      Level-level gramatik belum ditata secara rapi
f)       Tata bahasa didominasi oleh jenis kata
Adapun kelebihan dan kekurangan tata bahasa tradisional antara lain :

1.      Kelebihan:

a.       Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b.      Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya amat dibangggakan.
c.        Aliran tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d.      Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e.        Aliran ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.

2.     

 
Kekurangan:

a.       Teori tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan.
b.      Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
c.       Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah
d.      Level-level gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
e.       Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f.       Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa yang ada.
g.      Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h.      Objek kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.

Dalam pembicaraan mengenai linguistik tradisional di atas, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa:
a.       Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan.
b.      Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain terutama bahasa latin.
c.       Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif yakni benar atau salah
d.      Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika
e.       Penemuan-penemuan/kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

b.     

 
Tata Bahasa Struktural

Aliran struktural ini lahir pada awal abad ke-20 atau tepatnya tahun 1916. Pada tahun tersebut terbit sebuah buku berjudul course de linguistique generale karya de Sausure yang berisi pokok-pokok teori struktural karena karya monumentalnya tersebut, de Saussure digelari “Bapak Strukturalisme” dan bahkan “Bapak Linguistik Modern” .
Dalam tata bahasa struktural menganalisis bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal dalam suatu bahasa. Dalam tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frasa.
Aliran ini berlandaskan pola pemikiran behavoristik. Paham behavoristik beranggapan bahwa jika seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriahnya yang tampak.

Ciri-ciri aliran struktural:
a)      Berlandaskan pada paham behaforistik
b)      Bahasa berupa ujaran
c)      Bahasa berupa system tanda
d)     Bahasa merupakan factor kebiasaan (habit)
e)      Kegramatikalan berdasarkan keumuman
f)       Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi
g)      Tekanan analisis pada bidang morfologi
h)      Bahasa merupakan deretan sintagmatik dan paradigmatic
i)        Analisis bahasa secara deskriptif
j)        Analisis struktur bahasa berdasarkan unsure langsung

1.      Kelebihan:

a)      Aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem
b)      Metode drill dan practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
c)      Criteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyarakat awam
d)     level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat.
e)      Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.

2.     

 
Kekurangan:

a)      Bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas
b)      Metode Drill dan Practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran dan sangat menjemukan
c)      Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsng secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan mesin
d)     Kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman, suatu kaidah yang salahpun bisa benar jika dianggap umum.
e)      Faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa
f)       Objek kajian terbatas sampai level kalimat tidak menyentuh aspek komunikatif.
Perlu dipertegas lagi bahwa perbedaan antara aliran tradisional dan aliran struktural adalah dalam hal landasan filosofinya. Aliran tradisional memiliki landasan pada asumsi-asumsi, dugaan, prasangka, berdasarkan pola pikir filsafat. Sedangkan aliran struktural melandaskan kajian bahasanya pada data dan fakta-fakta empirik yang didapatkan dari penelitian ilmiah.
Berdasarkan penjelasan singkat dari kedua aliran di atas, saya mengambil  pijakan untuk menjadi patokan perbedaan dari dua aliran tersebut yaitu:

1.    Dalam aliran tradisional menggunakan pola pikir secara filosofis
Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa alliran tradisional menggunakan landasan atau pola pikir filsafat, yaitu banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber dari onoma-rhema produk plato dan onoma-rhema-syndesmoi produk aristoteles, serta penggunaan istilah subjek-predikat yang sampai saat ini digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Onoma merupakan jenis kata yang menjadi pangkal pernyataan dan atau pembicaraan. Sedangkan Rhema merupakan jenis kata yang digunakan mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara sederhana onoma dapat disejajarkan dengan kata sifat atau kata kerja. Pernyataan yang dibentuk onoma dan Rhema dikenal dengan istilah proposisi.

2.   

 
Dalam strukturalisme kita mengenal adanya sistem tanda yaitu signifian dan signifie.
Pembedaan ini merupakan inti pandangan Saussure tentang tanda. Menurut pendapat popular, suatu tanda bahasa menunjukkan benda dalam realitas. Kata pohon misalnya dianggap menunjukkan kepada pohon flamboyant yang berdiri disitu. Tetapi de saussure konsep itu tidak lepas dari tanda bahasa, tetapi termaasuk tanda bahasa itu sendiri. dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan menjadi “penanda” dan “yang ditandakan”. Signifiant adalah bunyi yang makna atau ciri yang bermakna. Signifie adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi, signifie adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkrit kedua unsur tadi tidak dapat dilepaskan.

3.     

 
Tata Bahasa Tagmemik dan Tata Bahasa Kasus

a.      Tata Bahasa Tagmemik

Tagmemik berasal dari bahasa Grik, tagma yang berarti susunan. Melihat namanya, tagmeme ini dianalogikan dengan phoneme dalam phonology. Adapun yang dimaksud dengan tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekolompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
Istilah tagmem merupakan suatu kesatuan dasar bahasa yang terdiri dari jalur fungsional dan suatu daftar butir-butir yang saling dapat ditukarkan yang dapat mengisi lajur itu. Tegmem adalah suatu kesatuan, sejajar dengan fonem dan morfem dalam tri-hirarki ketatabahasaan fonologi, leksikon, dan tata bahasa. Ketiga kesatuan itu diperlihatkan sebagai struktur tritunggal dalam karyanya yang berjudul “Language Particle, Wave, and Field” pada tahun 1959.
Tagmem mempersatukan konsep-konsep tradisional seperti subjek, predikat, objek, keterangan, lokatif, temporal, penerima, pelaku, dengan konsep kelas seperti nomina, verba, pronominal, adjektiva, adverbial dsb.
Penamaan teori tagmem ini berangkat dari konsep tagmem. Tagmem adalah bagian dari konstruksi gramatikal dengan empat macam kelengkapan spesifikasi ciri yakni: slot, kelas, peran, dan kohesi atau juga tagmem adalah tempat dalam struktur (sintaksis dan morfologis) bersama dengan kelas formal elemen-elemen yang menduduki tempat tersebut.
Teori tagmemik melakukan studi kebahasaan dengan memandang pentingnya slot-slot yang fungsional dan menggabungkan elemen yang bisa menduduki slot itu ke dalam unit-unit sintaksis yang lebih luas (wahab, 1990: 13).

Ciri-ciri teori tagmemik:
a)      Slot yaitu suatu ciri tagmem yang merupakan tempat kosong di dalam struktur yang harus di isi oleh fungsi tagmem. Di dalam tataran klausa fungsi tagmem tersebut berupa subjek, predikat, objek dan adjung. Pada tataran lain umumnya fungsi tagmem berupa inti dan luar inti. Pada teori tradisional dan structural, slot, kelas, peran, dan kohesi.
b)     
13
 
Kelas adalah suatu ciri tagmem yang merupakan wujud nyata dari slot. Wujud nyata slot itu adalah berupa satuan-satuan lingual seperti morfem, kata, frasa, klausa, alinea, monolog, dialog dan wacana. Kelas kata dapat dipecah lagi menjadi kelas yang lebih kecil (subkelas). Kelas frasa dapat dipecah menjadi frasa benda dan frasa kerja. Kelas klausa dapat dipecah menjadi klausa transitif, klausa intransitive, klausa ekuatif dsb.
c)      Peran (role) yaitu ciri/benda penanda yang merupakan pembawa fungsi tagmem. Memang agak susah untuk membedakan fungsi dan peran. Pelaku dan penderita adalah nama peran. Pelaku dan penderita tersebut dapat menjadi pembawa fungsi subjek. Dengan demikian ada subjek dengan peran penderita.
d)     Kohesi adalah ciri atau penanda tagmem yang merupakan pengontrol hubungan antertagmem. Pengontrol hubungan yang hamper terdapat pada semua bahasa adalah kaidah ktransitifan pada klausa yang berlaku untuk klausa transitif, klausa intransitive dan ekuatif.

b.      Tata Bahasa Kasus

Charles J. Fillmore dalam buku “The Case for Case” (1968) yang pertama kali memperkenalkan tata bahasa kasus. Tata bahasa kasus dalam bidang tatabahasa, kasus atau kes bagi sesuatu kata nama atau kata ganti nama menandakan fungsi tatabahasa bagi kata berkenaan dalam sesuatu ungkapan atau klausa, seperti: Peranan subjek, objek langsung, atau pemilik.
Yang di maksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dan nomina. Verba disini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya argumen dalam teori ini di beri label kasus. Misalnya, dalam kalimat bahasa inggris “john opened the door with the key, argumen1  john berkasus “pelaku”, argumen2 door berkasus “tujuan”, dan argumen3, key berkasus “alat”.
Karena tata bahasa kasus menganalisis bahasa  dengan cara memfokuskan teorinya pada verba, maka tata bahasa kasus ini terkadang akan sangat sulit atau tidak semua kalimat bahasa Indonesia dapat di analisis menggunakan teori tata bahasa kasus ( case grammar ). Karena  di dalam bahasa Indonesia tidak memiliki tenses ( perbedaan konteks waktu yang di tunjukkan dalam perubahan verb ) seperti yang dimiliki oleh Bahasa Inggris.

 
Ciri-ciri tata bahasa kasus antara lain:
a.       Bersifat generatif
b.      Mendapat pengaruh dari pike
c.       Dalam semantik dianggap bahwa nomina berhubungan dengan verba dalam struktur bathin berupa pelbagai kasus pelaku, penderita, penerima dsb.

4.      Pertanyaan sendiri dan teman

a)      Pertanyaan sendiri
Pertanyaan: Dalam teori fungsional. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan afasia :
Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Bagaimanapun kemampuan berbahasa dikuasai manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan perkembangan manusia yang baru lahir itu. Afasia adalah kerusakan pada belahan otak pada lapisan permukaan daerah broka atau didaerah otak. Afasia merupakan salah satu fenomena dalam gangguan berbicara.
b)        Pertanyaan teman
Pertanyaan: Jelaskan tiga jenis NPs?
(a)    Anaphors, merujuk pada reflexive pronouns (misalnya, myself, himself, herself) serta reciprocal (yaitu, each other atau one another).
(b)   Pronominal, merujuk pada pronouns pada umumnya (misalnya, he, she, they, atau him, her, them).
(c)    r-expresion, merujuk pada nouns, baik commond nouns (seperti the boy) maupun proper nouns (seperti harry).

5.      Manfaat serta Kesan

 
a. Manfaat mata kuliah “teori linguistik”

Teori linguistik menkaji tentang tata bahasa dalam kebahasaan yang objeknya adalah bahasa. Ini sangat menambah wawasan dan memberikan deskripsi tentang penggunaan tata bahasa dalam bahasa mengenai asas-asas dasar dalam bidang studi ini. Pengembangan pengetahuan yang telah saya dapat dalam mata kuliah ini membawa saya pada pengenalan tentang kelinguistisan dalam pengkajiannya tentang grammar dan kajiannya dalam linguistik makro.  Misalnya tentang pengkajian atau studi bahasa secara ilmiah tentang penyelidikan bahasa melalui pengamatan-pengamatan yang teratur dan secara empiris dapat dibuktikan benar atau tidaknya serta mengacu kepada suatu teori umum tentang struktur bahasa.

b. Kesan positif dan kesan negatif

kesan positif
Kesan yang saya dapat dalam mata kuliah ini adalah banyaknya materi demi materi yang belum saya ketahui atau hal baru yang saya jadikan sebagai penambah wawasan serta dosen yang mengajarkan mata kuliah ini menerapkan suasan yang nyaman selama proses perkuliahan.
Kesan negatif
Kesan negatif yang saya dapat dalam mata kuliah ini adalah singkatnya waktu proses perkuliahan.


















SUMBER RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
                     . 2009. Psikolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Bogor: Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

KALIMAT AMBIGU DAN KALIMAT PARAFRASE