TEORI DAN ALIRAN LINGUISTIK
TAKEHOME
TEORI
DAN ALIRAN LINGUISTIK

RISMAN IYE
P1200215004
FAKULTAS SASTRA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
|
1. Teori
Linguistik
a) Pengertian
teori, posisi teori diantara hipotesis, kesimpulan, norma, kaidah, aturan,
hokum, dalil, dan lain-lain.
Teori adalah
seperangkat kontruksi (Konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk
melihat fenomena secara sistematika melalui spesifikasi hubungan antar
fariabel, sehingga dapat berguna untuk menjalankan dan meramalkan fenomena.
(Neumen).
Pengertian dan Definisi Teori Menurut Para Ahli Secara umum,
teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan
diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja
konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk
melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Tiga hal yang perlu diperhatikan jika
kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah: Teori merupakan suatu
proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai
dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas Teori
menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik dari
fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas Teori
menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling
berhubungan.
Suatu teori adalah kumpulan dari beberapa konsep yang
membentuk suatu pola realitas. Teori adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
secara khusus suatu proses, peristiwa, atau fenomena yang didasarkan pada
observasi beberapa fakta, namun tanpa bukti absolut atau langsung. Beberapa
teori membentuk suatu kelompok pertanyaan yang berkaitan satu sama lain
sehingga memberi makna pada suatu rangkaian kejadian. Teori dapat diuji,
dirubah, atau digunakan sebagai pemandu riset atau sebagai dasar evaluasi.
|
Secara bahasa hipotesis berasal dari dua kata,
yaitu hypo artinya sebelum dan thesis artinya pernyataan atau
pendapat. Secara istilah hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu
diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam
kenyataan empiris. Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih
lemah kebenarannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah
sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih
(Kerlinger,1973:18 dan Tuckman,1982:5). Atas dasar defenisi diatas, sehingga
dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus
diuji lagi kebenarannya. Adapun definisi lain, hipotesis merupakan proposisi
keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dengan penalaran
deduksi dan merupakan jawaban sementara secara teoritis terhadap permasalahan
yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai
dengan model dan analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas
dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan.
|
Prinsip adalah dasar atau asas (kebenaran yg
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya). Prinsip adalah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan
oleh seseorang / kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau
subyek tertentu.
sebagai contoh, hasil yang telah dicapai oleh para pakar
pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara mantap bisa disebut teori
karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu masih lebih umum disebut
suatu hipotesis. Dari pengertian inilah hipotesis,
konsep, norma, kaidah, aturan dan lainnya merupakan dasar dari lahirnya sebuah
teori.
|
b) Teori
linguistik identik dengan grammar “tata bahasa”
Linguistik mungkin bisa didefinisikan sebagai pengkajian
bahasa secara ilmiah. Definisi ini hampir tidak memberi gambaran cukup kepada
pembaca, dan tidak memberi suatu indikasi positif mengenai asas-asas dasar
bidang studi ini. Linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Seorang linguis mempelajari bahasa
bukan dengan tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk
mengetahui secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa beserta
dengan aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Objek kajian Linguistik adalah
salah satunya linguistik mikro yaitu tentang struktur internal bahasa itu sendiri mencakup
struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Objek kajian linguistik
ini yang paling berdekatan dengan tata bahasa (grammar). Jadi, tidak
bisa dipungkiri lagi bahwa tata bahasa merupakan bagian dari linguistik.
Istilah gramatika berasal dari bahasa yunani (melalui
bahasa perancis dan latin) yang boleh diterjemahkan sebagai “seni menulis”. Tata
bahasa adalah studi struktur kalimat, yang
memberikan
kaidah-kaidah yang mengendalikan bahasa secara umum atau bahasa-bahasa tertentu
yang mencakup semantik,
fonologi dan bahkan kerapkali pula pragmatik. Dari penjelasan di atas
dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
a. Dalam
arti sempit tata bahasa mencakup sintaksis dan morfologi
b. Dalam
arti luas tata bahasa selain mencakup sintaksis dan morfologi juga mencakup
semantik, fonologi dan pragmatik.
|
c) Tata
bahasa. Suatu bahasa hanya
ditemukan dalam bahasa tulisan sedangkan bahasa lisan hanya sedikit yang
mengandung tata bahasa.
Marilah kita pahami dulu tentang pengertian bahasa tulis
dan bahasa lisan. Bahasa lisan yaitu bahasa yang diungkapkan melalui media
lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat
membantu pemahaman. Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya:
1.
Memerlukan
kehadiran orang lain
2.
Unsur gramatikal
tidak dinyatakan secara lengkap
3.
Terikat ruang dan
waktu
4.
Dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya suara.
Bahasa tulis adalah bahasa yang digunakan melalui media tulis,
tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai
pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam bahasa tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan dan kosakata. Ciri-ciri bahasa tulis adalah sebagai
berikut:
1.
Tidak memerlukan
kehadiran orang lain
2.
Unsur gramatikal
dinyatakan secara lengkap
3.
Tidak terikat ruang
dan waktu
4.
Dipengaruhi oleh
tanda baca atau ejaan.
Tata
bahasa (grammar) adalah suatu himpunan dari patokan-patokan dalam tata bentuk,
tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Penggunaan tata bahasa digunakan pada bahasa tulis karena dalam bahasa
tulis secara tidak langsung menggunakan struktur kalimat yang sesuai dengan
kaidah kebahasaan atau bahasa tulis dikenal dengan ortografi. Sedangkan dalam
tata bahasa pada bahasa lisan kurang
diindahkan karena komunikasinya berlangsung secara langsung atau dalam bentuk
tuturan.
2. Perbedaan
antara tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural.
a. Tata
Bahasa Tradisional
Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari
patokan-patokan dalam struktur bahasa. Struktur bahasa itu meliputi
bidang-bidang tata bahasa, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata
makna. Tata bahasa tradisional dimulai dari zaman Yunani,
Kaum Alexandrian, Zaman Romawi
Kuno, Zaman
Pertengahan. Bagi orang-orang Yunani “tata bahasa”
sejak semula merupakan bagian dari “filsafat”. Maksudnya, itu merupakan bagian
dari keluasan pengamatan mereka terhadap sifat-sifat alam di sekitar mereka dan
lembaga sosial
mereka sendiri. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik. Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa
tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian.
|
Ciri-ciri
aliran tradisional:
a) Berolak
dari pola pikir secara filosofis
b) Tidak
membedakan bahasa lisan dan tulisan
c) Senang
bermain dengan definisi
d) Pemakaian
bahasa berkiblat pada pola/kaidah
e) Level-level
gramatik belum ditata secara rapi
f) Tata
bahasa didominasi oleh jenis kata
Adapun kelebihan dan kekurangan tata bahasa tradisional
antara lain :
1. Kelebihan:
a.
Teori tradisional lebih tahan lama
karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b.
Aliran ini berkiblat pada bahasa
tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya amat
dibangggakan.
c.
Aliran tradisional mampu
menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena
salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d.
Aliran tradisional menjadikan penganutnya
memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena pemakaian bahasa
berkiblat pada pola atau kaidah.
e.
Aliran ini telah memberikan
kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar walaupun
tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.
2.
Kekurangan:
|
a.
Teori tradisional belum bisa
membedakan bahasa dan tulisan.
b.
Teori ini tidak pernah menyajikan
kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang paling utama
adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara
filosofis.
c.
Pemakaian bahasa berkiblat pada pola
atau kaidah
d.
Level-level gramatikalnya belum rapi
hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
e.
Pemerian bahasa menggunakan pola
bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f.
Pemerian bahasa berdasarkan bahasa
tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa
yang ada.
g.
Permasalahan tata bahasa masih
banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga
ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h.
Objek kajian hanya sampai dengan
level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.
Dalam pembicaraan mengenai linguistik tradisional di atas, maka secara singkat dapat
dikatakan bahwa:
a.
Pada tata bahasa tradisional ini
tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan.
b.
Bahasa yang disusun tata bahasanya
dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain terutama bahasa
latin.
c.
Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara
prekriptif yakni benar atau salah
d.
Persoalan kebahasaan seringkali
dideskripsikan dengan melibatkan logika
e.
Penemuan-penemuan/kaidah-kaidah
terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.
b.
Tata Bahasa Struktural
|
Aliran struktural
ini lahir pada awal abad ke-20 atau tepatnya tahun 1916. Pada tahun tersebut
terbit sebuah buku berjudul course de
linguistique generale karya de Sausure yang berisi pokok-pokok teori struktural karena karya
monumentalnya tersebut, de Saussure digelari “Bapak Strukturalisme” dan bahkan
“Bapak Linguistik
Modern” .
Dalam tata bahasa struktural menganalisis bahasa berdasarkan
struktur atau ciri-ciri formal dalam suatu bahasa. Dalam tata bahasa struktural menyatakan kata
kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frasa.
Aliran ini berlandaskan pola pemikiran behavoristik.
Paham behavoristik beranggapan bahwa jika seseorang dan hakikat sesuatu hanya
bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriahnya yang tampak.
Ciri-ciri aliran struktural:
a) Berlandaskan
pada paham behaforistik
b) Bahasa
berupa ujaran
c) Bahasa
berupa system tanda
d) Bahasa
merupakan factor kebiasaan (habit)
e) Kegramatikalan
berdasarkan keumuman
f) Level-level
gramatikal ditegakkan secara rapi
g) Tekanan
analisis pada bidang morfologi
h) Bahasa
merupakan deretan sintagmatik dan paradigmatic
i)
Analisis bahasa secara
deskriptif
j)
Analisis struktur
bahasa berdasarkan unsure langsung
1. Kelebihan:
a) Aliran
ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem
b) Metode
drill dan practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
c) Criteria
kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyarakat awam
d) level
kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat.
e) Berpijak
pada fakta, tidak mereka-reka data.
2.
Kekurangan:
|
a) Bidang
morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas
b) Metode
Drill dan Practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran dan sangat menjemukan
c) Proses
berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsng secara fisis dan mekanis
padahal manusia bukan mesin
d) Kegramatikalan
berdasarkan kriteria
keumuman, suatu kaidah yang salahpun bisa benar jika dianggap umum.
e) Faktor historis sama
sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa
f) Objek
kajian terbatas sampai level kalimat tidak menyentuh aspek komunikatif.
Perlu dipertegas lagi bahwa perbedaan antara aliran
tradisional dan aliran struktural
adalah dalam hal landasan filosofinya. Aliran tradisional memiliki landasan
pada asumsi-asumsi, dugaan, prasangka, berdasarkan pola pikir filsafat.
Sedangkan aliran struktural
melandaskan kajian bahasanya pada data dan fakta-fakta empirik yang didapatkan
dari penelitian ilmiah.
Berdasarkan penjelasan singkat dari kedua aliran di atas,
saya mengambil pijakan untuk menjadi
patokan perbedaan dari dua aliran tersebut yaitu:
1.
Dalam aliran
tradisional menggunakan pola pikir secara filosofis
Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa alliran tradisional
menggunakan landasan atau pola pikir filsafat, yaitu banyaknya pembagian jenis
kata yang bersumber dari onoma-rhema produk plato dan onoma-rhema-syndesmoi
produk aristoteles, serta penggunaan istilah subjek-predikat yang sampai saat
ini digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Onoma merupakan jenis kata yang
menjadi pangkal pernyataan dan atau pembicaraan. Sedangkan Rhema merupakan
jenis kata yang digunakan mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara
sederhana onoma dapat disejajarkan dengan kata sifat atau kata kerja.
Pernyataan yang dibentuk onoma dan Rhema dikenal dengan istilah proposisi.
2.
Dalam strukturalisme kita mengenal
adanya sistem tanda yaitu signifian dan signifie.
|
Pembedaan ini merupakan inti pandangan Saussure tentang
tanda. Menurut pendapat popular, suatu tanda bahasa menunjukkan benda dalam
realitas. Kata pohon misalnya dianggap menunjukkan kepada pohon flamboyant yang
berdiri disitu. Tetapi de saussure konsep itu tidak lepas dari tanda bahasa,
tetapi termaasuk tanda bahasa itu sendiri. dalam bahasa indonesia dapat
diterjemahkan menjadi “penanda” dan “yang ditandakan”. Signifiant adalah bunyi
yang makna atau ciri yang bermakna. Signifie adalah gambaran mental, pikiran
atau konsep. Jadi, signifie adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus
diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkrit kedua unsur tadi
tidak dapat dilepaskan.
3.
Tata
Bahasa Tagmemik dan Tata Bahasa Kasus
|
a.
Tata
Bahasa Tagmemik
Tagmemik berasal dari bahasa Grik, tagma yang
berarti susunan. Melihat namanya, tagmeme ini dianalogikan dengan phoneme dalam
phonology. Adapun yang dimaksud dengan tagmem adalah korelasi antara fungsi
gramatikal atau slot dengan sekolompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling
dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
Istilah tagmem merupakan suatu kesatuan dasar bahasa
yang terdiri dari jalur fungsional dan suatu daftar butir-butir yang saling
dapat ditukarkan yang dapat mengisi lajur itu. Tegmem adalah suatu kesatuan,
sejajar dengan fonem dan morfem dalam tri-hirarki ketatabahasaan fonologi,
leksikon, dan tata bahasa. Ketiga kesatuan itu diperlihatkan sebagai struktur
tritunggal dalam karyanya yang berjudul
“Language Particle, Wave, and Field” pada
tahun 1959.
Tagmem mempersatukan konsep-konsep tradisional
seperti subjek, predikat, objek, keterangan, lokatif, temporal, penerima,
pelaku, dengan konsep kelas seperti nomina, verba, pronominal, adjektiva,
adverbial dsb.
Penamaan teori tagmem ini berangkat dari konsep
tagmem. Tagmem adalah bagian dari konstruksi gramatikal dengan empat macam
kelengkapan spesifikasi ciri yakni: slot, kelas, peran, dan kohesi atau juga
tagmem adalah tempat dalam struktur (sintaksis dan morfologis) bersama dengan
kelas formal elemen-elemen yang menduduki tempat tersebut.
Teori tagmemik melakukan studi kebahasaan dengan
memandang pentingnya slot-slot yang fungsional dan menggabungkan elemen yang
bisa menduduki slot itu ke dalam unit-unit sintaksis yang lebih luas (wahab,
1990: 13).
Ciri-ciri teori tagmemik:
a) Slot
yaitu suatu ciri tagmem yang merupakan tempat kosong di dalam struktur yang harus di isi oleh
fungsi tagmem. Di dalam tataran klausa fungsi tagmem tersebut berupa subjek,
predikat, objek dan adjung. Pada tataran lain umumnya fungsi tagmem berupa inti
dan luar inti. Pada teori tradisional dan structural, slot, kelas, peran, dan
kohesi.
b)
Kelas adalah suatu ciri tagmem yang
merupakan wujud nyata dari slot. Wujud nyata slot itu adalah berupa
satuan-satuan lingual seperti morfem, kata, frasa, klausa, alinea, monolog, dialog dan
wacana. Kelas kata dapat dipecah lagi menjadi kelas yang lebih kecil
(subkelas). Kelas frasa dapat dipecah menjadi frasa benda dan frasa kerja.
Kelas klausa dapat dipecah menjadi klausa transitif, klausa intransitive,
klausa ekuatif dsb.
|
c) Peran
(role) yaitu ciri/benda penanda yang merupakan pembawa fungsi tagmem. Memang
agak susah untuk membedakan fungsi dan peran. Pelaku dan penderita adalah nama
peran. Pelaku dan penderita tersebut dapat menjadi pembawa fungsi subjek.
Dengan demikian ada subjek dengan peran penderita.
d) Kohesi
adalah ciri atau penanda tagmem yang merupakan pengontrol hubungan antertagmem.
Pengontrol hubungan yang hamper terdapat pada semua bahasa adalah kaidah
ktransitifan pada klausa yang berlaku untuk klausa transitif, klausa
intransitive dan ekuatif.
b.
Tata
Bahasa Kasus
Charles J. Fillmore
dalam buku “The Case for Case” (1968) yang pertama kali memperkenalkan
tata bahasa kasus. Tata bahasa kasus dalam bidang tatabahasa, kasus
atau kes bagi sesuatu kata
nama atau kata
ganti nama menandakan fungsi tatabahasa
bagi kata berkenaan dalam sesuatu ungkapan
atau klausa, seperti: Peranan subjek, objek langsung,
atau pemilik.
Yang di maksud dengan kasus dalam
teori ini adalah hubungan antara verba dan nomina. Verba disini sama dengan
predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif.
Hanya argumen dalam teori ini di beri label kasus. Misalnya, dalam kalimat
bahasa inggris “john opened the door with the key, argumen1 john berkasus “pelaku”, argumen2
door berkasus “tujuan”, dan argumen3, key berkasus
“alat”.
Karena tata bahasa kasus
menganalisis bahasa dengan cara
memfokuskan teorinya pada verba, maka tata bahasa kasus ini terkadang akan
sangat sulit atau tidak semua kalimat bahasa Indonesia dapat di analisis
menggunakan teori tata bahasa kasus ( case grammar ). Karena di dalam bahasa Indonesia tidak memiliki tenses
( perbedaan konteks waktu yang di tunjukkan dalam perubahan verb ) seperti yang
dimiliki oleh Bahasa Inggris.
|
a. Bersifat
generatif
b. Mendapat
pengaruh dari pike
c. Dalam
semantik dianggap bahwa nomina berhubungan dengan verba dalam struktur bathin
berupa pelbagai kasus pelaku, penderita, penerima dsb.
4.
Pertanyaan
sendiri dan teman
a) Pertanyaan
sendiri
Pertanyaan: Dalam teori fungsional.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan afasia :
Berbahasa berarti berkomunikasi
dengan menggunakan suatu bahasa. Bagaimanapun kemampuan berbahasa dikuasai
manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan perkembangan manusia yang baru lahir
itu. Afasia adalah kerusakan pada belahan otak pada lapisan permukaan daerah
broka atau didaerah otak. Afasia merupakan salah satu
fenomena dalam gangguan berbicara.
b)
Pertanyaan teman
Pertanyaan: Jelaskan
tiga jenis NPs?
(a) Anaphors, merujuk pada reflexive pronouns
(misalnya, myself, himself, herself) serta reciprocal (yaitu, each other atau
one another).
(b) Pronominal, merujuk pada pronouns pada umumnya
(misalnya, he, she, they, atau him, her, them).
(c) r-expresion, merujuk pada nouns, baik commond
nouns (seperti the boy) maupun proper nouns (seperti harry).
5.
Manfaat
serta Kesan
|
Teori linguistik menkaji tentang tata bahasa dalam
kebahasaan yang objeknya adalah bahasa. Ini sangat menambah
wawasan dan memberikan deskripsi tentang
penggunaan tata bahasa dalam bahasa mengenai
asas-asas dasar dalam bidang studi ini. Pengembangan
pengetahuan yang telah saya dapat dalam mata kuliah ini membawa saya pada
pengenalan tentang kelinguistisan dalam pengkajiannya tentang grammar dan
kajiannya dalam linguistik makro. Misalnya
tentang pengkajian atau studi bahasa secara ilmiah tentang penyelidikan bahasa
melalui pengamatan-pengamatan yang teratur dan secara empiris dapat dibuktikan
benar atau tidaknya serta mengacu kepada suatu teori umum tentang struktur
bahasa.
b.
Kesan positif dan kesan negatif
kesan positif
Kesan yang saya dapat dalam mata
kuliah ini adalah banyaknya materi demi materi yang belum saya ketahui atau hal
baru yang saya jadikan sebagai penambah wawasan serta dosen yang mengajarkan
mata kuliah ini menerapkan suasan yang nyaman selama proses perkuliahan.
Kesan negatif
Kesan negatif yang saya dapat dalam mata kuliah ini
adalah singkatnya waktu proses perkuliahan.
SUMBER RUJUKAN
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori
Linguistik. Bogor: Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar,
J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Komentar
Posting Komentar